Rabu, 17 Agustus 2016

Beautiful rain

(Ps : find the cast)

I want no other 
No other lover
This is your life, our time 
When we are together 
I need you forever 
Is it love ? 

-what is love-


Someone POV

Hari ini hujan seperti hari itu. Waktu Kutatap langit yang memang sedang tak cerah ,bersamamu di sampingku. Bisakah aku kembali ke masa itu? Sekali lagi?

Tidak, jangan sekali. Bisakah aku kembali kemasa itu dan terus seperti itu? Entahlah aku membencimu tapi aku merindukanmu. Ingin ku tertawakan diriku ini. Bukan kau yang ku benci. Sungguh. Hanya, aku benci air yang kini berjatuhan. Merindukanmu? Tidak perlu bertanya. Selalu, jawabannya akan sama. Iya. 

.
Writer POV

Gadis itu terlihat murung duduk di bangku panjang yang terletak tepat di depan sebuah gedung besar. Tak jauh dari tempat ia mengenyam pendidikan.

Tangannya mengetuk-ngetuk layar handphone nya menunjukkan wajah kesalnya dengan sesekali menggerutu. 

"Huuuft aku benci hujan!" Gerutu Gadis cantik berambut hitam panjang itu.

Ia sedang berdiri di depan halte yang ada di dekat sekolahnya. Tangannya menggenggam sebuah payung yang melidunginya meski sebagian tubuhnya tetap terkena cipratan air hujan yang memang sangat deras. Iya. Ini halte yang tidak beratap.

"Kenapa?!" Kata Seseorang yang tiba-tiba ikut berpayung dibawah payung yang sama dengannya.

Mata gadis cantik ini membulat saat melihat Pria asing kini berada begitu dekat dengannya.

"Ya! Anda siapa?!"teriak gadis itu dan hendak menjauhkan dirinya dari lelaki itu.

Dirinya makin dibuat terkejut ketika tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya, membawanya semakin dekat kearah tubuh si lelaki.

"Ya! Kau gila?! Lepaskan aku!!" Teriak gadis itu.

"Kumohon. Hanya hingga hujan ini berhenti. Tetap seperti ini. Kau tega melihat seseorang mati kedinginan karena hujan begini?" Kata si lelaki dengan lembut lelaki itu bicara dan tangannya merapihkan rambut si gadis yang menutupi wajahnya.

Si gadis hanya diam dan tak berkedip. Otaknya terlalu sulit menerima keadaan yang ada di hadapannya. Didepannya ada seorang lelaki yang cukup tampan dengan wajahnya yang sedikit basah karena hujan. Darahnya berdesir cepat, jantungnya berdetak tak wajar, matanya terkunci untuk menatap si lelaki, dan perutnya mual merasakan kupu-kupu yang tidur sejak lama akhirnya bangun.

"Kudengar kau benci hujan? Why?" Pria itu bertanya pada gadis disampingnya.

"Emm itu.. Karena aku tidak suka ketika airnya yang membasahi tubuhku akan membuatku meringkuk sakit. Kalaupun tidak demam, tubuhku akan gatal karena airnya, dan aku tidak suka bau tanah akibat hujan." Gadis itu dengan ragu menjawab si lelaki.

"Begitukah? Kau pasti tau jika hujan adalah rahmat dari-Nya kan?"

"Emm aku tau.. Tapi aku tetap tak suka hujan. Benar-benar tak suka hujan." 

Mereka terus berbicara tanpa saling menatap satu samalain. Si gadis terlalu malu karena jarak yang sangat dekat dengan si lelaki. Hanya cukup Merasakan hangat yang di tularkan tubuh lelaki itu yang memang tak terlalu besar, namun sangat pas memeluknya. Sementara lelaki itu lebih sibuk dengan pikirannya sendiri. 

"Bagaimana jika aku membuatmu menyukai hujan?" Suara lelaki itu menarik perhatian si gadis untuk menoleh dan melihat kearah lelaki itu. 

Dengan wajah yang penuh pertanyaan si gadis menatap lelaki itu. Baru akan mengucapkan kata untuk bertanya, ia malah jadi diam duduk menegang, terkejut, dan matanya melebar sempurna. Sebuah bibir basah menempel sempurna di kening putih milik gadis itu. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan lelaki yang sedang bersamanya itu. Gadis itu terlalu terkejut dan terpaku di tempat membiarkan kedua bibir itu tetap menempel tak bergerak.

"Jangan benci hujan lagi. Wahh.. Hujan sudah reda. Terimakasih payungnya!"

Lelaki itu pergi setelah menepuk-nepuk kepala si gadis. Gadis itu terus diam memperhatikan langkah kaki lelaki itu menjauh setelah apa yang baru saja ia lakukan benar-benar membuat tubuhnya lemas dan membuat pikirannya tak karuan.

TINTINN!!!! (Suara klakson mengejutkannya)

"Ya!! Apa yang kau lakukan?!! Kakak harus segera kembali lagi ke kantor setelah mengantarmu pulang. Cepat-cepat!"

Sebuah suara mengejutkannya. Seorang wanita yang terlihat lebih dewasa dari si gadis datang dengan mobilnya membuat si gadis menoleh dan menangguk. Ia berjalan menuju mobil yang di kendarai oleh eonni nya itu sambil menutup payung lipatnya. Sebelum benar-benar masuk ke mobil, gadis itu menatap gang yang di lalui lelaki tadi. Tempat terakhir yang di lalui lelaki itu sebelum tidak lagi terlihat, tertutup bangunan-bangunan disana.

'I don't know who you are
But i, i'm with you'
.

Someone POV

Hmmhh... Menyukai hujan ya? Tidak. Bukannya menyukainya aku malah bertambah membencinya. Aku tidak suka hujan meski Orang-orang lain menyukainya. Aku tidak tau kenapa mereka menyukai hujan. Setidaknya mereka mencintai hujan karena mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan. Kau tau? Jika kau disini, mungkin aku akan menyukai hujan. Akan mencintai hujan.

Rasanya jika mengingatmu, aku jadi lebih membencimu dari pada hujan yang kini kutatap. Tapi sungguh dari pada rasa benci, ada rasa yang mendalam, yang lebih menikam kurasakan saat menatap air yang jatuh ini. Sendiri. Tanpamu lagi. Kau tau kan apa artinya? Aku merindukanmu. Kapan kembali? 

.

Writer POV

"Aiiishh!! Hujan lagi! Sial aku tidak membawa payung!! Kakak payah! Kenapa dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada menjemputku?! Aish!" Gadis itu kembali menggerutu setelah hujan tiba-tiba turun.

Ia yang awalnya tenang-tenang saja karena merasa aman tak ada tanda-tanda akan hujan, pada akhirnya menjadi kesal juga. Musim ini memang selalu menjadi musim yang paling tidak ia sukai. Padahal bunga bermekaran, dan suasana sangat menyenangkan tapi jika hujan sudah mulai turun, mulutnya tak akan berhenti mengeluarkan umpatan pada rintikan air yang sebenarnya tak bersalah itu.

"Harusnya kau mengirimiku pertanda tuhan.. Kau kan tau aku tak suka hujan, aiishhh"

Kakak nya yang ia harap-harap akan menjemput malah tidak bisa. Bertambahlah penderitaannya. Ia tidak mungkin menunggu bus datang dengan keadaan cuaca yang masih buruk begini. Dalam hatinya ia berharap ada yang datang dan menjadi malaikatnya, menyodorkan sebuah payung kepadanya atau minimal memayunginya di bawah payung yang sama.

"Ige." 

Gadis yang masih sibuk menutupi kepalanya dengan tangan, sedikit terkejut melihat sebuah tangan menyodorkan payung lipat padanya. Astaga doa nya di kabulkan dengan cepat. Wajah gadis ini mendongak ingin melihat siapa gerangan orang yang beniat baik padanya ini. 

Wajah gadis itu semakin lucu, dengan mata yang membulat dan mulutnya sedikit terbuka, ia merasa terkejut melihat seseorang yang berada di hadapannya itu. 

Lelaki itu. Lelaki yang ia temui beberapa hari yang lalu di tempat ini, dengan cuaca yang sama seperti ini. Astaga.. Hujan turun semakin banyak berangsur waktu, tapi gadis ini terlalu banyak berpikir. Lebih tepatnya terlalu terkejut.

"Nih.
 Katanya kau tidak suka ketika air hujan membasahi tubuhmu? Cepatlah.. sebelum tubuhmu ini jadi terlalu basah." Kata lelaki itu dengan lembut sambil terus berusaha menyodorkan payung yang di bawanya itu pada gadis di depannya.

Oh tunggu! Pria ini ternyata telah memakai payung sendiri. Dia juga berusaha memayungi tubuh gadis ini meski sedikit sia-sia karena hujan yang saat ini sudah sangat deras tetap membasahi tubuh si gadis. Setidaknya doa nya yang ini juga di kabulkan. Ada yang memayunginya. Hati si gadis tapi masih ragu untuk menerima payung yang di sodorkan si lelaki. Tapi, tubuhnya sudah cukup basah. Aahh tidak, banyak basah.

"Aiiishh.. Biar ku bukakan payungnya."

Lelaki itu Sedikit memundurkan tubuhnya kemudian membuka payung lipat tersebut agar bisa digunakan oleh si gadis. Payung yang ia bawa ia apit dengan leher dan bahunya agar tetap melindunginya dari hujan yang makin deras.

"Ige.." 

Laki-laki itu meraih tangan si gadis dan meletakkan payung itu pada tangannya agar di genggam. 

"Ka-kamsahamnida" , kata si gadis dengan menundukkan kepalanya. Tangannya tertarik oleh tangan yang menggenggam utuh miliknya itu. 

"Kaja! Aku antar kau pulang."

"M-mwo?"

"Aiish.. Kaja! Eonni mu tidak menjemputmu kan? Aku dengar umpatan mu tadi. Kaja aku antar."

"Tap-tapi.." 

"Sudahlah.. Kajja"

.

Someone POV 

Entahlah aku yang terlalu bodoh atau kau yang terlalu pintar. Entah kau menghipnotisku atau aku yang sangat terhipnotis olehmu. Setiap langkah yang kita lalui masih bisa kudengar. Saat langkah kita menapaki bumi yang basah karena genangan air hujan. Iya, Aku masih ingat. 

Kau tau? Sejak saat itu aku selalu merasa ingin bertemu denganmu. Lagi, terus menerus. Aku merindukan suara lembut nan ringan milikmu. Suara seindah malaikat dengan tutur kata semanis madu. Apapun yang kau ucapkan mengandung sihir. Setiap kata yang keluar mampu menarik sudut bibir ku membentuk lengkungan untuk mu. Ucapan yang terus keluar dari mulutmu yang mengiringi langkahku kembali kerumah saat itu. Aku... Itu.. Ingin ku ulang.

Aku jadi makin membutuhkanmu. Jadi makin merindukanmu. Tuhan.. Bawa dia kembali padaku.

'No one want to be alone'
.
Writer POV

Gadis itu berjalan dalam diam sambil menundukkan kepalanya, sedang berpikir. Hatinya seolah menjerit dan menyuruhnya untuk kesana lagi. Ketempat itu. Halte bus itu. 

Dirinya berpikir, Siapa nama lelaki yang ia temui tempo hari itu. Dimana tempat tinggalnya? Berapa usianya? Ia ingin bertemu lagi dengannya, lebih mengenalnya, agar sesuatu yang ada didalam dadanya tidak terus mendesak dirinya.

"Huuuuftt.. Aku harap hari ini hujan.." Kata si gadis, berugumam.

Tunggu! Dia membenci hujan kan? Tapi baru saja ia bilang ia mengharapkan hujan turun. Ada apa dengannya?

Doa nya kembali di kabulkan kali ini. Hujan kembali turun dan mengguyur tubuhnya secara perlahan. Gerimis hujan ia biarkan berjatuhan tanpa takut sedikitpun. Dia sengaja tak membawa payung, sengaja. Untuk bertemu dengan..

"Ya! Kau kenapa?! Patah hati? Hujan-hujanan begini. Huufft aku cuma bawa payung satu kali ini. Apa kau sudah suka hujan eoh?!" 

Suara ini. Suara yang membuat si gadis tak berhenti melamun setiap saat. Suara yang terus berdengung, bersautan dengan suara hati dan pikirannya sendiri. Suara ini.

"Yaa!! Lihatlah bajumu basah!" 

Si gadis hanya menunduk, tersenyum  tanpa mendongak menatap orang di depanya ini. Lelaki itu. Ia menikmati kata-kata yang lelaki itu keluarkan, walau itu lebih tepat disebut sebagai makian.

"Yaah.. Berhentilah berteriak di depanku. Ikhlas tidak kau menolongku?"

Lelaki itu malah melihat gadis itu dengan mata yang terbelalak, terlihat sedikit kesal karena pertanyaan si gadis.

"Kau mau pulang? Kajja ku antar." Lelaki itu langsung meraih tangan si gadis dan membawanya berjalan dibawah payung yang sama.

"Aniya.. Aku akan di jemput eonni ku.. Hanya saja, bisakah kau tinggal sampai eonniku datang? Seperti yang kau lihat, aku tidak membawa payung." Kata si gadis dengan menundukkan kepalanya, menatap kedua tangan yang saling berkaitan itu, tangannya dan tangan di laki-laki.

"Huuft, baiklah.. Lain kali bawalah payung." 

"Bagaimana jika aku ingin terus kau bantu? Memayungiku? Memberiku payung?" Suara kecil gadis itu yang hampir tak terdengar karena bertabrakan dengan suara rintik hujan. 

"Mwo? Bicara lah yang jelas!"

"Ani.."

Selama beberapa detik hanya kediaman yang menyelubungi keduanya. Tak ada yang memulai percakapan. Membiarkan suara rintik hujan mendominasi.

"Kau../emm.."

Mereka mengeluarkan suara secara bersamaan dan mengalihkan pandangan kearah lain.

"Kau duluan.." Ucap si gadis

"Ani.. Kau tinggal agak jauh dari sini, tapi aku sering melihatmu di caffe dekat rumahku. Kau selalu melakukan ini.."

Lelaki itu berbicara kemudian memeragakan apa yang di lakukan gadis itu. Membiarkan jarinya menari seolah memutar di bibir cangkir.

"Kau? Kau memata-matai ku ya?!" Teriak si gadis pada lelaki itu.

"Ya! Tidak, tentu saja! Untuk apa?! Kau saja mungkin yang sering datang kesana sengaja ingin melihatku barang kali." Dengan enteng si lelaki berucap dengan gaya sedikit sombong.

"Ohh iya.. Kita bahkan belum berkenalan." Lanjut lelaki itu.

"Tidak perlu!!" 

"Yasudah..."

Mereka kembali diam dan sibuk berpikir. Hujan belum juga reda, dan kakak dari si gadis belum juga datang. Tapi, entah kenapa, gadis itu merasa sedikit beruntung karena keadaan yang biasanya tak menyenangkan baginya, menjadi lebih menyenangkan. Berada di samping si lelaki membuat gadis itu merasakan perasaan tenang dan aman. Bisakah itu di sebut sebagai membutuhkan?

"Tapi aku perlu tau namamu.." Seru si gadis tiba-tiba.

"Katamu tak perlu? Untuk apa? Tak akan penting untukmu."

Gadis itu membelalakkan matanya mendengar jawaban dari lelaki itu. Tangannya menyilang di dada dan ia membalikkan badannya membelakangi tubuh lelaki itu, Tak perduli lagi meski hujan lebih terasa mengenai tubuhnya.

Sebuah tangan merengkuh pinggang gadis itu dari belakang. Tangan siapa lagi kalau bukan milik lelaki itu.

"Nanti kau sakit gadis cantik.."

Mereka kembali diam dengan posisi gadis itu yang masih memelakangi tubuh lelaki itu meskipun kali ini mereka berjarak lebih dekat dari sebelumnya.

"Kau merajuk? Pada malaikat penolongmu ini? Ahh maaf.."

.

Someone POV

malaikat ya? Hahaha malaikat macam apa kau itu? Apa aku terlihat seperti orang gila sekarang ini? Sebentar terlihat murung, kemudian terlihat tersenyum lagi. Iya aku gila karenamu. Rindu yang menggila.

Hari yang itu adalah pertama kalinya perdebatan-perdebatan keluar dari mulutku untukmu. Aku rindu teriakan lucu mu. Kau.. Orang asing pertama yang begitu terasa tidak asing untukku. Berapa kali lagi aku harus bilang ini padamu? Kembalilah.. Kembali..

.

Writer POV

"Hai.. Kau tidak marah lagi kan?" 

Dua hari berikutnya si gadis dan lelaki itu bertemu lagi. Gadis itu tengah memainkan kakinya di genangan air di depannya, sambil memegang payung putih bening yang melindunginya dari rintik air.

"Marah? Kenapa harus marah?" 

"Sikapmu tapi menunjukkan kalau kau marah..Eh iya.. Kakak mu cantik. Jika kau tidak mau berkenalan denganku, kenalkan kakakmu saja padaku."

Mata gadis itu membulat sempurna, terkejut mendengar ucapan laki-laki di sampingnya. Wajah laki-laki itu memang tak terlihat sepenuhnya tertutup payung, tapi senyuman tipis masih bisa gadis itu liat terukir di wajah si lelaki. Bagaimana si lelaki itu tau kakaknya? di pastikan karena pertemuan mereka sebelumnya, laki-laki itu sempat melihat kakak dari si gadis sekilas saat menjemputnya.

"Ya! Tuan umbrella! Kakakku sudah punya pacar. Lagipun, dia itu seorang  yang gila bekerja." Tutur gadis itu sambil mengalihkan tubuhnya memandang si lelaki.

"Apa?! Tuan umbrella? Tuan? Wahahahhaa.. Aku tidak salah dengar? Kenapa kau memanggilku begitu? Hahaha"

"Kenapa? Apa salah? Aku terlalu bingung bagaimana cara memanggilmu. Bukankah itu lebih baik dari pada om om bodoh atau om om gila? Aku sudah baik padamu bodoh!"

Tawa lelaki itu berhenti perlahan dan memberikan senyumannya pada si gadis.

"Hmm, tidak apa..Kau tau? Itu sebenarnya terdengar mirip dengan namaku.."

"...."

.

Someone POV

Aku telah memilih melupakanmu. Tapi itu sulit. Sangat sulit. Melepas bayanganmu adalah hal yang mustahil ku lakukan. Harusnya kau kembali. Kau malaikat ku kan? 

Malam ini hujan dan tak ada kau. Dingin. Gelap. Terlalu sunyi. Hanya suara hembusan nafasku sendiri dan suara gemericik air yang berlomba-lomba menapak tanah. Bibirku masih terus mengucapkan doa agar seseorang datang lagi. Siapa lagi kalau bukan kau? Tidakkah kau mau mengajakku pergi? Meraih tanganku dan membawaku bersamamu lagi? Kemanapun.. Tempat ini berubah, tapi tidak dengan perasaan ini. 

Harusnya kau tidak pernah datang bila memang akan pergi kemudian. Harusnya kita tidak saling mengenal jika kau akhirnya membuatku ingin menghapusmu. Ahh aku lupa. Kita belum sepenuhnya saling mengenal. Tau nama masing-masing saja tidak. Kau... Bagaimana kabarmu?

'Why is everything so confusing'
.

Writer POV

Gadis itu tersenyum di bawah payungnya. Senyuman itu terlihat sangat terang meski langit diatasnya mendung. 

"Kau nampak senang."

Suara ini lagi. Suara ini membuat si gadis lebih tersenyum. Ia menolehkan wajahnya menatap orang itu. Laki-laki yang beberapa kali ia temui belakangan ini. Selalu di bawah ritikan hujan.

"Hahaha.. Kau lagi. Hey umbrella, kau itu semacam peri hujan begitu ya? Kau selalu muncul di kala hujan dan menemuiku. Aku yakin kau adalah fans nomor 1 ku di dunia ini kan?" Gadis itu menunjuk wajah lelaki itu yang sama mentapnya. 

Wajah laki-laki itu juga terlihat senang. Senyuman juga terukir jelas di sana. Tangannya mengulur, mengacak-acak rambut si gadis.

"Mungkin ,bisa jadi. Tapi kurasa, kau selalu memanggilku kan dalam hatimu? Mencariku? Untuk itulah kenapa aku datang."

Gadis itu menelan ludahnya ketika mendengar pertanyaan si lelaki. Tertangkap basah. Itu yang di rasakan si gadis. Ia jadi salah tingkah dan mengalihkan pandangannya dari si lelaki.

"Kurasa ada yang merasa panas di kala hujan.. Hahaha!! Anak kecil" tawa lelaki itu lepas ketika melihat wajah gadis di depannya memerah.

Sementara itu, gadis yang di tertawai itu membulatkan matanya. Kakinya dengan keras menginjak kaki si lelaki.

"Ya! Ya! Yaa!! Apa yang kau lakukan!! Auuch!"

"Biar tau rasa!!! Kau berani mengejekku!! Umbrella jelek!! Menyebalkan!!"

Gadis itu masih menginjak kaki si lelaki. Lelaki itu berusaha untuk menarik kakinya dari kaki si gadis. Saat kaki nya berhasil tertarik lepas dari injakan si gadis, ia terlihat senang.

"Aaaaaaa!!!!"

Dengan sigap laki-laki itu menarik tangan gadis yang baru saja tidak bisa menyeimbangkan dirinya. Tangan laki-laki itu menggenggam telapak tangan si gadis dengan erat tak membiarkan si gadis jatuh. Ia menarik gadis itu dengan kuat agar posisi tubuh si gadis itu kembali benar.

"Te-thanks.."

"....."

"Kau marah?"

"......."

"Huuuuftttt..."

Mereka hening sesaat. Lelaki itu memilih mendiamkan si gadis bukan karena marah, tapi ia sedang menikmati hujan deras itu.

"Tadi kenapa kau senang?" 

Gadis itu menoleh menatap si lelaki dengan mata yang berbinar. Ia senang mengetahui lelaki itu tidak lagi marah padanya. Yah walaupun laki-laki itu memang tidak marah.

"Emm.. Sebentar lagi summer. Kau tau jelas kan kenapa aku suka summer? Iya!! Karena hujan akan jarang datang di musim depan. Musim selanjut-selanjutnya juga. Jadi aku sangat senang."

"....."

"Oiya.. Katanya hari ini juga hari terakhir hujan menurut ramalan cuaca. Is it great?! Waahh daebak! Menyenangkan sekali!!"

Laki-laki itu diam dan mengerutkan dahinya mendengar celotehan si gadis.

"Bagaimana jika selayaknya hujan,bagaimana jika ini juga terakhir kalinya aku datang untukmu?"

.

I'm waitin in the dark 
I thought that you'd be here by now 
There's nothing but the rain 
No footsteps on the ground 
I'm listening but there's no sound 

Someone POV

Aku menunggumu di kegepalapan. Entah untuk apa aku menunggumu. Aku selalu berpikir kau akan datang lagi, tapi yang terus datang justru hal yang ku benci ini. Aku berharap bisa mendengar langkahmu dan melihat jejak kakimu, mendekatiku. Tapi tidak. Kau tidak disana.

Aku tidak tau kenapa kau tidak disana. Aku memberikanmu sesuatu namun seoalah kau tidak perduli. Apa yang salah? Beri aku tanda mengapa kau meninggalkanku. 

Beri aku tanda apakah ini? Ini apa?! Sakit yang membekukan aku. Aku bisa melakukan apa sekarang? Aku bisa bicara apa sekarang? Aku bahkan tidak bisa pergi melupakanmu. Seolah aku telah terikat dengan tempat ini, terikat denganmu.

Aku benar benar tidak ingin yang lain. Aku meninginkanmu, waktu kita. Aku selamanya membutuhkanmu. Ini apa? Ini apa?! Kembalilah padaku dan jelaskan padaku apa ini. Aku lelah menunggumu. Tubuhku lelah menunggumu. Tapi hatiku? Memintaku terus disini, hingga kau kembali.

Tiga musim sudah ku lewati. Ku tunggu kau datang tiap hujan turun, berharap kau ada lagi tiap aku memanggil namamu dalam hatiku. Ahh salah bukan namamu. Aku bahkan belum tau namamu. 

Aku pernah berpikir kau sejenis makhluk yang hanya muncul di kala hujan, Tapi kelihatannya tidak. Di musim yang lain kau tidak datang meski hujan datang. Hujan terakhir itu benar-benar menjadi yang terakhir kali pula aku 
menemukanmu di sekelilingku. Apa kau marah padaku? Karena itu hingga kini aku masih menunggumu. Menunggu musim semiku. Musim yang paling banyak hujan turun. Musim yang sebelumnya tidak pernah ingin ku lalui. Tapi, kini aku menantikannya, menantikanmu. Kapan kembali?
.
.
.

"Isn't anyone tryin to find me?"

Aku membeku.

"Sudah suka hujan? Sudah berhenti menggerutu pada hujan??"

Writer POV

Gadis itu membeku tidak bergerak. Matanya menatap seseorang di depannya dengan mata merah yang menahan tangis.

"Ya! Kenapa kau di-"

Baru orang itu mau bertanya kenapa si gadis terus diam, tapi lihatlah gadis itu telah meloncat memeluknya. Memeluk lelaki itu. 

"I don't know what can i do, what else can i say? Don't hurt me.. No more.. I want no other, no ther lover.. This is your life, our time. When we are together, i need you forever. What is this? Is it love? Where have you been? I- i miss you so much!!" Air mata si gadis tumpah dalam pelukan lelaki itu.

Sementara si lelaki begitu sulit mencerna perkataan gadis itu. Berusaha memahaminya. Tangan lelaki itu yang semula menggantung di tubuhnya, kini merengkuh balik tubuh gadis di hadapannya. 

"I don't know who you are, but i'm, i'm with you"

Lanjut si gadis dengan mempererat pelukannya. Merasakan betapa berutungnya ia masih bisa melihat lelaki di hadapannya. Tiga musim, sembilan bulan ia lewati dengan menunggu. Di kedinginan. Berharap seseorang itu datang padanya dan membawanya. Kini, penantiannya terbayar. 

"Apa kau gadis posesive? Ngomong-ngomong aku mulai sulit bernafas." Laki-laki itu akhinya bicara membuat gadis itu melepaskan pelukannya.

"Kau bilang kau malaikat? Tapi kenapa kau tidak mendengar aku berdoa memanggilmu?" Gadis itu bertanya dengan masih bercucuran air mata. 

"Aku umbrellamu.. Tempat ini berubah. Tempat ini telah beratap. Kau... Tidak lagi membutuhkan payungmu." Jawab si lelaki itu.

"Bagaimana jika yang kubutuhkan bukan payungku? Bagaimana jika aku membutuhkanmu?" Tanya gadis itu lagi mengunci tatapannya pada mata lelaki di hadapannya.

"Tempat ini memang berubah. Lalu bagaimana jika aku tidak berubah? Aku selalu disini. Menunggumu. Entah untuk apa. Bisa kau beri tau aku perasaan apa ini? Setiap hari menahan dingin tapi aku bertahan. Menunggumu. Setidaknya beritahu aku kemana kau pergi!"

"Kenapa aku harus?"

"Karena ada seseorang seperti ku yang sedang menunggumu. Setiap hujan yang kulalui tidak pernah berhenti membayangkanmu. It's a damn cold night, but i, i still here. Want you take me by the hand ? Take me somewhere new!! Tidak bisakah kau melihatku dan menghargai penantianku!! I don't know who you are.. But i, i'm with you!!" Gadis itu merengkuh lengan si lelaki dan mencengramnya. 

Air mata menetes deras di pipi si gadis. Sama deras dengan hujan yang bising itu. Lelaki itu menarik si gadis masuk kembali ke pelukannya. Membiarkan dadanya basah karena air mata yang tak kunjung berhenti dari si gadis. Mulutnya terbuka, bicara..

"Ini.. Cinta."

.

Someone POV

This is our time. I need you forever. And.. This is love. Aku hanya akan terus berdoa di dalam diriku, betapa aku selalu mengharapkan kehadiranmu abadi denganku. Aku berharap akan ada pertemuan berikutnya dan tidak akan ada lagi perpisahan.

Kini ku genggam tanganmu dan ku biarkan kepalaku bersandar di bahumu. Kita duduk di halte yang kini telah beratap. Iya. Kita tidak butuh payung lagi sekarang. Hatiku memanggilmu bukan untuk memayungiku lagi, tapi untuk bersamaku lagi. Setiap saat ini aku selalu merasa bahwa aku membutuhkanmu. Selamanya. 

Hanya berharap agar kau tidak menyakitiku lagi. Tidak membiarkanku melakukan penantian panjang tanpa sebuah kepastian. Lagi. Bahkan sampai sekarang aku tidak tau kenapa aku menunggumu. 

Mendengar dua kata yang kau ucapkan sebagai jawaban dari ocehan panjangku, membuatku merasakan perasaan yang lebih dari sekedar berbunga-bunga. 

'Ini cinta..'

Aku bahkan tidak pernah membiarkan hatiku beranggapan bahwa ini cinta. Sekuat tenaga ku biarkan diri ini buta akan hal yang namanya cinta. Apa itu cinta aku tidak tau. Tapi kini kau datang dan memberiku sesuatu yang lebih dari sebuah penjelasan. Bukan lisan yang kau beri untuk membantuku mengerti. Hanya saja rengkuhan itu dan dua kata yang tidak akan berarti apa-apa bila di dengar yang lain. Tapi bagiku? Itu lebih dari sebuah pidato kemenangan, lebih dari apapun. 

"Aku.. Melanjutkan studyku di LA. Itu sebabnya aku pergi. Aku tidak tau kau butuh penjelasanku atau tidak, hanya aku ingin menjelaskannya padamu. Aku harus menyiapkan semuanya saat itu. Bertemu denganmu memang terasa aneh untukku. Aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Kau tau? Aku memang benar-benar fans nomor 1 mu. Setiap hujan yang kulalui di LA juga telah membuatku banyak ingat padamu. Tapi.. Saat musim ini berakhir aku harus kembali ke sana. Aku.. Ingin membawamu"

.

Writer POV

Gadis itu tertegun dan mengangkat kepalanya dari bahu si lelaki. Ia bingung ingin menjawab permintaan lelaki yang baru saja ia miliki. Ia bingung antara memilih ikut atau tetap disini dan mengulang penantian panjang itu, lagi.

"Ta-tapi aku..kau.. Apalagi kau laki-laki.. Ke LA? Denganmu? Aku.. Bingung.."

"Hmmh.. Apa yang kau bingungkan? Memang apa salahnya jika aku begini? Kau juga bisa melanjutkan sekolahmu disana. Bukankah kau akan lulus sekolah sebentar lagi?"

"......"

"Ayolah.. Jung soojung."

"!!!!"

Soojung POV

Dia.. Dia mengetahui namaku. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?

"Kau tau namaku?" Ku biarkan mulut ini mengeluarkan suara untuk bertanya.

"Hmm ini." Jawabnya sambil menunjuk buku yang ku pegang.

Ahh benar. Ini buku ku dan disana tertera namaku. Orang yang pandai. Aku masih merasa bingung dengan tawaran yang ia berikan. Aku? Ke LA? Hanya dengannya? Apa itu tidak gila? Bagaimana dengan eonniku? 

"Kemarikan bukumu."

Ia mengambil buku yang ku peluk ini. Membuka bagian belakangnya dan mengambil sebuah pena dari saku jaketnya. Apa dia selalu membawa pena di sakunya? Kebiasaan yang tak ingin ku lewatkan. Ahh aku bisa gila hanya karena ingin lebih mengenalmu. 

"Kita akan bertemu lagi.. Di hujan berikutnya." Ia bangun dan mengecup keningku. 

Ia berjalan melangkah pergi ke arah yang pasti akan membawa nya menuju rumah. Ku pegang keningku merasakan kehangatan. Merasakan sengatan listrik yang lebih dan lebih. Soojung ah.. Berhentilah seperti ini. Kau nampak bodoh! 

Tunggu! Tulisan apa yang ia tulis di buku ku ini? Ahhh namanya!! Aku bahkan tak bertanya siapa namanya. Lelaki itu membuatku gila hanya karena berteriak pada diriku sendiri. Tanganku mulai bergerak membuka lembar terakhir dimana ku pastikan tulisan lelaki itu berada.

'Jangan pulang terlalu larut. Aku tidak akan pergi kecuali membawamu. Jika kau masih bertanya ini apa, ini lebih dari sekedar saling membutuhkan. Ini cinta... Oiya soojung.. Namaku.. Amber J Liu dan aku seorang perempuan.'
.
.
.
.
"Apalagii ini?!!!!!"

END


Selasa, 16 Agustus 2016

Beautiful rain

(Ps : find the cast)

I want no other
No other lover
This is your life, our time
When we are together
I need you forever
Is it love ?

-what is love-


Someone POV

Hari ini hujan seperti hari itu. Waktu Kutatap langit yang memang sedang tak cerah ,bersamamu di sampingku. Bisakah aku kembali ke masa itu? Sekali lagi?

Tidak, jangan sekali. Bisakah aku kembali kemasa itu dan terus seperti itu? Entahlah aku membencimu tapi aku merindukanmu. Ingin ku tertawakan diriku ini. Bukan kau yang ku benci. Sungguh. Hanya, aku benci air yang kini berjatuhan. Merindukanmu? Tidak perlu bertanya. Selalu, jawabannya akan sama. Iya.

.
Writer POV

Gadis itu terlihat murung duduk di bangku panjang yang terletak tepat di depan sebuah gedung besar. Tak jauh dari tempat ia mengenyam pendidikan.

Tangannya mengetuk-ngetuk layar handphone nya menunjukkan wajah kesalnya dengan sesekali menggerutu.

"Huuuft aku benci hujan!" Gerutu Gadis cantik berambut hitam panjang itu.

Ia sedang berdiri di depan halte yang ada di dekat sekolahnya. Tangannya menggenggam sebuah payung yang melidunginya meski sebagian tubuhnya tetap terkena cipratan air hujan yang memang sangat deras. Iya. Ini halte yang tidak beratap.

"Kenapa?!" Kata Seseorang yang tiba-tiba ikut berpayung dibawah payung yang sama dengannya.

Mata gadis cantik ini membulat saat melihat Pria asing kini berada begitu dekat dengannya.

"Ya! Anda siapa?!"teriak gadis itu dan hendak menjauhkan dirinya dari lelaki itu.

Dirinya makin dibuat terkejut ketika tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya, membawanya semakin dekat kearah tubuh si lelaki.

"Ya! Kau gila?! Lepaskan aku!!" Teriak gadis itu.

"Kumohon. Hanya hingga hujan ini berhenti. Tetap seperti ini. Kau tega melihat seseorang mati kedinginan karena hujan begini?" Kata si lelaki dengan lembut lelaki itu bicara dan tangannya merapihkan rambut si gadis yang menutupi wajahnya.

Si gadis hanya diam dan tak berkedip. Otaknya terlalu sulit menerima keadaan yang ada di hadapannya. Didepannya ada seorang lelaki yang cukup tampan dengan wajahnya yang sedikit basah karena hujan. Darahnya berdesir cepat, jantungnya berdetak tak wajar, matanya terkunci untuk menatap si lelaki, dan perutnya mual merasakan kupu-kupu yang tidur sejak lama akhirnya bangun.

"Kudengar kau benci hujan? Why?" Pria itu bertanya pada gadis disampingnya.

"Emm itu.. Karena aku tidak suka ketika airnya yang membasahi tubuhku akan membuatku meringkuk sakit. Kalaupun tidak demam, tubuhku akan gatal karena airnya, dan aku tidak suka bau tanah akibat hujan." Gadis itu dengan ragu menjawab si lelaki.

"Begitukah? Kau pasti tau jika hujan adalah rahmat dari-Nya kan?"

"Emm aku tau.. Tapi aku tetap tak suka hujan. Benar-benar tak suka hujan."

Mereka terus berbicara tanpa saling menatap satu samalain. Si gadis terlalu malu karena jarak yang sangat dekat dengan si lelaki. Hanya cukup Merasakan hangat yang di tularkan tubuh lelaki itu yang memang tak terlalu besar, namun sangat pas memeluknya. Sementara lelaki itu lebih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Bagaimana jika aku membuatmu menyukai hujan?" Suara lelaki itu menarik perhatian si gadis untuk menoleh dan melihat kearah lelaki itu.

Dengan wajah yang penuh pertanyaan si gadis menatap lelaki itu. Baru akan mengucapkan kata untuk bertanya, ia malah jadi diam duduk menegang, terkejut, dan matanya melebar sempurna. Sebuah bibir basah menempel sempurna di kening putih milik gadis itu. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan lelaki yang sedang bersamanya itu. Gadis itu terlalu terkejut dan terpaku di tempat membiarkan kedua bibir itu tetap menempel tak bergerak.

"Jangan benci hujan lagi. Wahh.. Hujan sudah reda. Terimakasih payungnya!"

Lelaki itu pergi setelah menepuk-nepuk kepala si gadis. Gadis itu terus diam memperhatikan langkah kaki lelaki itu menjauh setelah apa yang baru saja ia lakukan benar-benar membuat tubuhnya lemas dan membuat pikirannya tak karuan.

TINTINN!!!! (Suara klakson mengejutkannya)

"Ya!! Apa yang kau lakukan?!! Kakak harus segera kembali lagi ke kantor setelah mengantarmu pulang. Cepat-cepat!"

Sebuah suara mengejutkannya. Seorang wanita yang terlihat lebih dewasa dari si gadis datang dengan mobilnya membuat si gadis menoleh dan menangguk. Ia berjalan menuju mobil yang di kendarai oleh eonni nya itu sambil menutup payung lipatnya. Sebelum benar-benar masuk ke mobil, gadis itu menatap gang yang di lalui lelaki tadi. Tempat terakhir yang di lalui lelaki itu sebelum tidak lagi terlihat, tertutup bangunan-bangunan disana.

'I don't know who you are
But i, i'm with you'
.

Someone POV

Hmmhh... Menyukai hujan ya? Tidak. Bukannya menyukainya aku malah bertambah membencinya. Aku tidak suka hujan meski Orang-orang lain menyukainya. Aku tidak tau kenapa mereka menyukai hujan. Setidaknya mereka mencintai hujan karena mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan. Kau tau? Jika kau disini, mungkin aku akan menyukai hujan. Akan mencintai hujan.

Rasanya jika mengingatmu, aku jadi lebih membencimu dari pada hujan yang kini kutatap. Tapi sungguh dari pada rasa benci, ada rasa yang mendalam, yang lebih menikam kurasakan saat menatap air yang jatuh ini. Sendiri. Tanpamu lagi. Kau tau kan apa artinya? Aku merindukanmu. Kapan kembali?

.

Writer POV

"Aiiishh!! Hujan lagi! Sial aku tidak membawa payung!! Kakak payah! Kenapa dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada menjemputku?! Aish!" Gadis itu kembali menggerutu setelah hujan tiba-tiba turun.

Ia yang awalnya tenang-tenang saja karena merasa aman tak ada tanda-tanda akan hujan, pada akhirnya menjadi kesal juga. Musim ini memang selalu menjadi musim yang paling tidak ia sukai. Padahal bunga bermekaran, dan suasana sangat menyenangkan tapi jika hujan sudah mulai turun, mulutnya tak akan berhenti mengeluarkan umpatan pada rintikan air yang sebenarnya tak bersalah itu.

"Harusnya kau mengirimiku pertanda tuhan.. Kau kan tau aku tak suka hujan, aiishhh"

Kakak nya yang ia harap-harap akan menjemput malah tidak bisa. Bertambahlah penderitaannya. Ia tidak mungkin menunggu bus datang dengan keadaan cuaca yang masih buruk begini. Dalam hatinya ia berharap ada yang datang dan menjadi malaikatnya, menyodorkan sebuah payung kepadanya atau minimal memayunginya di bawah payung yang sama.

"Ige."

Gadis yang masih sibuk menutupi kepalanya dengan tangan, sedikit terkejut melihat sebuah tangan menyodorkan payung lipat padanya. Astaga doa nya di kabulkan dengan cepat. Wajah gadis ini mendongak ingin melihat siapa gerangan orang yang beniat baik padanya ini.

Wajah gadis itu semakin lucu, dengan mata yang membulat dan mulutnya sedikit terbuka, ia merasa terkejut melihat seseorang yang berada di hadapannya itu.

Lelaki itu. Lelaki yang ia temui beberapa hari yang lalu di tempat ini, dengan cuaca yang sama seperti ini. Astaga.. Hujan turun semakin banyak berangsur waktu, tapi gadis ini terlalu banyak berpikir. Lebih tepatnya terlalu terkejut.

"Nih.
 Katanya kau tidak suka ketika air hujan membasahi tubuhmu? Cepatlah.. sebelum tubuhmu ini jadi terlalu basah." Kata lelaki itu dengan lembut sambil terus berusaha menyodorkan payung yang di bawanya itu pada gadis di depannya.

Oh tunggu! Pria ini ternyata telah memakai payung sendiri. Dia juga berusaha memayungi tubuh gadis ini meski sedikit sia-sia karena hujan yang saat ini sudah sangat deras tetap membasahi tubuh si gadis. Setidaknya doa nya yang ini juga di kabulkan. Ada yang memayunginya. Hati si gadis tapi masih ragu untuk menerima payung yang di sodorkan si lelaki. Tapi, tubuhnya sudah cukup basah. Aahh tidak, banyak basah.

"Aiiishh.. Biar ku bukakan payungnya."

Lelaki itu Sedikit memundurkan tubuhnya kemudian membuka payung lipat tersebut agar bisa digunakan oleh si gadis. Payung yang ia bawa ia apit dengan leher dan bahunya agar tetap melindunginya dari hujan yang makin deras.

"Ige.."

Laki-laki itu meraih tangan si gadis dan meletakkan payung itu pada tangannya agar di genggam.

"Ka-kamsahamnida" , kata si gadis dengan menundukkan kepalanya. Tangannya tertarik oleh tangan yang menggenggam utuh miliknya itu.

"Kaja! Aku antar kau pulang."

"M-mwo?"

"Aiish.. Kaja! Eonni mu tidak menjemputmu kan? Aku dengar umpatan mu tadi. Kaja aku antar."

"Tap-tapi.."

"Sudahlah.. Kajja"

.

Someone POV

Entahlah aku yang terlalu bodoh atau kau yang terlalu pintar. Entah kau menghipnotisku atau aku yang sangat terhipnotis olehmu. Setiap langkah yang kita lalui masih bisa kudengar. Saat langkah kita menapaki bumi yang basah karena genangan air hujan. Iya, Aku masih ingat.

Kau tau? Sejak saat itu aku selalu merasa ingin bertemu denganmu. Lagi, terus menerus. Aku merindukan suara lembut nan ringan milikmu. Suara seindah malaikat dengan tutur kata semanis madu. Apapun yang kau ucapkan mengandung sihir. Setiap kata yang keluar mampu menarik sudut bibir ku membentuk lengkungan untuk mu. Ucapan yang terus keluar dari mulutmu yang mengiringi langkahku kembali kerumah saat itu. Aku... Itu.. Ingin ku ulang.

Aku jadi makin membutuhkanmu. Jadi makin merindukanmu. Tuhan.. Bawa dia kembali padaku.

'No one want to be alone'
.
Writer POV

Gadis itu berjalan dalam diam sambil menundukkan kepalanya, sedang berpikir. Hatinya seolah menjerit dan menyuruhnya untuk kesana lagi. Ketempat itu. Halte bus itu.

Dirinya berpikir, Siapa nama lelaki yang ia temui tempo hari itu. Dimana tempat tinggalnya? Berapa usianya? Ia ingin bertemu lagi dengannya, lebih mengenalnya, agar sesuatu yang ada didalam dadanya tidak terus mendesak dirinya.

"Huuuuftt.. Aku harap hari ini hujan.." Kata si gadis, berugumam.

Tunggu! Dia membenci hujan kan? Tapi baru saja ia bilang ia mengharapkan hujan turun. Ada apa dengannya?

Doa nya kembali di kabulkan kali ini. Hujan kembali turun dan mengguyur tubuhnya secara perlahan. Gerimis hujan ia biarkan berjatuhan tanpa takut sedikitpun. Dia sengaja tak membawa payung, sengaja. Untuk bertemu dengan..

"Ya! Kau kenapa?! Patah hati? Hujan-hujanan begini. Huufft aku cuma bawa payung satu kali ini. Apa kau sudah suka hujan eoh?!"

Suara ini. Suara yang membuat si gadis tak berhenti melamun setiap saat. Suara yang terus berdengung, bersautan dengan suara hati dan pikirannya sendiri. Suara ini.

"Yaa!! Lihatlah bajumu basah!"

Si gadis hanya menunduk, tersenyum  tanpa mendongak menatap orang di depanya ini. Lelaki itu. Ia menikmati kata-kata yang lelaki itu keluarkan, walau itu lebih tepat disebut sebagai makian.

"Yaah.. Berhentilah berteriak di depanku. Ikhlas tidak kau menolongku?"

Lelaki itu malah melihat gadis itu dengan mata yang terbelalak, terlihat sedikit kesal karena pertanyaan si gadis.

"Kau mau pulang? Kajja ku antar." Lelaki itu langsung meraih tangan si gadis dan membawanya berjalan dibawah payung yang sama.

"Aniya.. Aku akan di jemput eonni ku.. Hanya saja, bisakah kau tinggal sampai eonniku datang? Seperti yang kau lihat, aku tidak membawa payung." Kata si gadis dengan menundukkan kepalanya, menatap kedua tangan yang saling berkaitan itu, tangannya dan tangan di laki-laki.

"Huuft, baiklah.. Lain kali bawalah payung."

"Bagaimana jika aku ingin terus kau bantu? Memayungiku? Memberiku payung?" Suara kecil gadis itu yang hampir tak terdengar karena bertabrakan dengan suara rintik hujan.

"Mwo? Bicara lah yang jelas!"

"Ani.."

Selama beberapa detik hanya kediaman yang menyelubungi keduanya. Tak ada yang memulai percakapan. Membiarkan suara rintik hujan mendominasi.

"Kau../emm.."

Mereka mengeluarkan suara secara bersamaan dan mengalihkan pandangan kearah lain.

"Kau duluan.." Ucap si gadis

"Ani.. Kau tinggal agak jauh dari sini, tapi aku sering melihatmu di caffe dekat rumahku. Kau selalu melakukan ini.."

Lelaki itu berbicara kemudian memeragakan apa yang di lakukan gadis itu. Membiarkan jarinya menari seolah memutar di bibir cangkir.

"Kau? Kau memata-matai ku ya?!" Teriak si gadis pada lelaki itu.

"Ya! Tidak, tentu saja! Untuk apa?! Kau saja mungkin yang sering datang kesana sengaja ingin melihatku barang kali." Dengan enteng si lelaki berucap dengan gaya sedikit sombong.

"Ohh iya.. Kita bahkan belum berkenalan." Lanjut lelaki itu.

"Tidak perlu!!"

"Yasudah..."

Mereka kembali diam dan sibuk berpikir. Hujan belum juga reda, dan kakak dari si gadis belum juga datang. Tapi, entah kenapa, gadis itu merasa sedikit beruntung karena keadaan yang biasanya tak menyenangkan baginya, menjadi lebih menyenangkan. Berada di samping si lelaki membuat gadis itu merasakan perasaan tenang dan aman. Bisakah itu di sebut sebagai membutuhkan?

"Tapi aku perlu tau namamu.." Seru si gadis tiba-tiba.

"Katamu tak perlu? Untuk apa? Tak akan penting untukmu."

Gadis itu membelalakkan matanya mendengar jawaban dari lelaki itu. Tangannya menyilang di dada dan ia membalikkan badannya membelakangi tubuh lelaki itu, Tak perduli lagi meski hujan lebih terasa mengenai tubuhnya.

Sebuah tangan merengkuh pinggang gadis itu dari belakang. Tangan siapa lagi kalau bukan milik lelaki itu.

"Nanti kau sakit gadis cantik.."

Mereka kembali diam dengan posisi gadis itu yang masih memelakangi tubuh lelaki itu meskipun kali ini mereka berjarak lebih dekat dari sebelumnya.

"Kau merajuk? Pada malaikat penolongmu ini? Ahh maaf.."

.

Someone POV

malaikat ya? Hahaha malaikat macam apa kau itu? Apa aku terlihat seperti orang gila sekarang ini? Sebentar terlihat murung, kemudian terlihat tersenyum lagi. Iya aku gila karenamu. Rindu yang menggila.

Hari yang itu adalah pertama kalinya perdebatan-perdebatan keluar dari mulutku untukmu. Aku rindu teriakan lucu mu. Kau.. Orang asing pertama yang begitu terasa tidak asing untukku. Berapa kali lagi aku harus bilang ini padamu? Kembalilah.. Kembali..

.

Writer POV

"Hai.. Kau tidak marah lagi kan?"

Dua hari berikutnya si gadis dan lelaki itu bertemu lagi. Gadis itu tengah memainkan kakinya di genangan air di depannya, sambil memegang payung putih bening yang melindunginya dari rintik air.

"Marah? Kenapa harus marah?"

"Sikapmu tapi menunjukkan kalau kau marah..Eh iya.. Kakak mu cantik. Jika kau tidak mau berkenalan denganku, kenalkan kakakmu saja padaku."

Mata gadis itu membulat sempurna, terkejut mendengar ucapan laki-laki di sampingnya. Wajah laki-laki itu memang tak terlihat sepenuhnya tertutup payung, tapi senyuman tipis masih bisa gadis itu liat terukir di wajah si lelaki. Bagaimana si lelaki itu tau kakaknya? di pastikan karena pertemuan mereka sebelumnya, laki-laki itu sempat melihat kakak dari si gadis sekilas saat menjemputnya.

"Ya! Tuan umbrella! Kakakku sudah punya pacar. Lagipun, dia itu seorang  yang gila bekerja." Tutur gadis itu sambil mengalihkan tubuhnya memandang si lelaki.

"Apa?! Tuan umbrella? Tuan? Wahahahhaa.. Aku tidak salah dengar? Kenapa kau memanggilku begitu? Hahaha"

"Kenapa? Apa salah? Aku terlalu bingung bagaimana cara memanggilmu. Bukankah itu lebih baik dari pada om om bodoh atau om om gila? Aku sudah baik padamu bodoh!"

Tawa lelaki itu berhenti perlahan dan memberikan senyumannya pada si gadis.

"Hmm, tidak apa..Kau tau? Itu sebenarnya terdengar mirip dengan namaku.."

"...."

.

Someone POV

Aku telah memilih melupakanmu. Tapi itu sulit. Sangat sulit. Melepas bayanganmu adalah hal yang mustahil ku lakukan. Harusnya kau kembali. Kau malaikat ku kan?

Malam ini hujan dan tak ada kau. Dingin. Gelap. Terlalu sunyi. Hanya suara hembusan nafasku sendiri dan suara gemericik air yang berlomba-lomba menapak tanah. Bibirku masih terus mengucapkan doa agar seseorang datang lagi. Siapa lagi kalau bukan kau? Tidakkah kau mau mengajakku pergi? Meraih tanganku dan membawaku bersamamu lagi? Kemanapun.. Tempat ini berubah, tapi tidak dengan perasaan ini.

Harusnya kau tidak pernah datang bila memang akan pergi kemudian. Harusnya kita tidak saling mengenal jika kau akhirnya membuatku ingin menghapusmu. Ahh aku lupa. Kita belum sepenuhnya saling mengenal. Tau nama masing-masing saja tidak. Kau... Bagaimana kabarmu?

'Why is everything so confusing'
.

Writer POV

Gadis itu tersenyum di bawah payungnya. Senyuman itu terlihat sangat terang meski langit diatasnya mendung.

"Kau nampak senang."

Suara ini lagi. Suara ini membuat si gadis lebih tersenyum. Ia menolehkan wajahnya menatap orang itu. Laki-laki yang beberapa kali ia temui belakangan ini. Selalu di bawah ritikan hujan.

"Hahaha.. Kau lagi. Hey umbrella, kau itu semacam peri hujan begitu ya? Kau selalu muncul di kala hujan dan menemuiku. Aku yakin kau adalah fans nomor 1 ku di dunia ini kan?" Gadis itu menunjuk wajah lelaki itu yang sama mentapnya.

Wajah laki-laki itu juga terlihat senang. Senyuman juga terukir jelas di sana. Tangannya mengulur, mengacak-acak rambut si gadis.

"Mungkin ,bisa jadi. Tapi kurasa, kau selalu memanggilku kan dalam hatimu? Mencariku? Untuk itulah kenapa aku datang."

Gadis itu menelan ludahnya ketika mendengar pertanyaan si lelaki. Tertangkap basah. Itu yang di rasakan si gadis. Ia jadi salah tingkah dan mengalihkan pandangannya dari si lelaki.

"Kurasa ada yang merasa panas di kala hujan.. Hahaha!! Anak kecil" tawa lelaki itu lepas ketika melihat wajah gadis di depannya memerah.

Sementara itu, gadis yang di tertawai itu membulatkan matanya. Kakinya dengan keras menginjak kaki si lelaki.

"Ya! Ya! Yaa!! Apa yang kau lakukan!! Auuch!"

"Biar tau rasa!!! Kau berani mengejekku!! Umbrella jelek!! Menyebalkan!!"

Gadis itu masih menginjak kaki si lelaki. Lelaki itu berusaha untuk menarik kakinya dari kaki si gadis. Saat kaki nya berhasil tertarik lepas dari injakan si gadis, ia terlihat senang.

"Aaaaaaa!!!!"

Dengan sigap laki-laki itu menarik tangan gadis yang baru saja tidak bisa menyeimbangkan dirinya. Tangan laki-laki itu menggenggam telapak tangan si gadis dengan erat tak membiarkan si gadis jatuh. Ia menarik gadis itu dengan kuat agar posisi tubuh si gadis itu kembali benar.

"Te-thanks.."

"....."

"Kau marah?"

"......."

"Huuuuftttt..."

Mereka hening sesaat. Lelaki itu memilih mendiamkan si gadis bukan karena marah, tapi ia sedang menikmati hujan deras itu.

"Tadi kenapa kau senang?"

Gadis itu menoleh menatap si lelaki dengan mata yang berbinar. Ia senang mengetahui lelaki itu tidak lagi marah padanya. Yah walaupun laki-laki itu memang tidak marah.

"Emm.. Sebentar lagi summer. Kau tau jelas kan kenapa aku suka summer? Iya!! Karena hujan akan jarang datang di musim depan. Musim selanjut-selanjutnya juga. Jadi aku sangat senang."

"....."

"Oiya.. Katanya hari ini juga hari terakhir hujan menurut ramalan cuaca. Is it great?! Waahh daebak! Menyenangkan sekali!!"

Laki-laki itu diam dan mengerutkan dahinya mendengar celotehan si gadis.

"Bagaimana jika selayaknya hujan,bagaimana jika ini juga terakhir kalinya aku datang untukmu?"

.

I'm waitin in the dark
I thought that you'd be here by now
There's nothing but the rain
No footsteps on the ground
I'm listening but there's no sound

Someone POV

Aku menunggumu di kegepalapan. Entah untuk apa aku menunggumu. Aku selalu berpikir kau akan datang lagi, tapi yang terus datang justru hal yang ku benci ini. Aku berharap bisa mendengar langkahmu dan melihat jejak kakimu, mendekatiku. Tapi tidak. Kau tidak disana.

Aku tidak tau kenapa kau tidak disana. Aku memberikanmu sesuatu namun seoalah kau tidak perduli. Apa yang salah? Beri aku tanda mengapa kau meninggalkanku.

Beri aku tanda apakah ini? Ini apa?! Sakit yang membekukan aku. Aku bisa melakukan apa sekarang? Aku bisa bicara apa sekarang? Aku bahkan tidak bisa pergi melupakanmu. Seolah aku telah terikat dengan tempat ini, terikat denganmu.

Aku benar benar tidak ingin yang lain. Aku meninginkanmu, waktu kita. Aku selamanya membutuhkanmu. Ini apa? Ini apa?! Kembalilah padaku dan jelaskan padaku apa ini. Aku lelah menunggumu. Tubuhku lelah menunggumu. Tapi hatiku? Memintaku terus disini, hingga kau kembali.

Tiga musim sudah ku lewati. Ku tunggu kau datang tiap hujan turun, berharap kau ada lagi tiap aku memanggil namamu dalam hatiku. Ahh salah bukan namamu. Aku bahkan belum tau namamu.

Aku pernah berpikir kau sejenis makhluk yang hanya muncul di kala hujan, Tapi kelihatannya tidak. Di musim yang lain kau tidak datang meski hujan datang. Hujan terakhir itu benar-benar menjadi yang terakhir kali pula aku
menemukanmu di sekelilingku. Apa kau marah padaku? Karena itu hingga kini aku masih menunggumu. Menunggu musim semiku. Musim yang paling banyak hujan turun. Musim yang sebelumnya tidak pernah ingin ku lalui. Tapi, kini aku menantikannya, menantikanmu. Kapan kembali?
.
.
.

"Isn't anyone tryin to find me?"

Aku membeku.

"Sudah suka hujan? Sudah berhenti menggerutu pada hujan??"

Writer POV

Gadis itu membeku tidak bergerak. Matanya menatap seseorang di depannya dengan mata merah yang menahan tangis.

"Ya! Kenapa kau di-"

Baru orang itu mau bertanya kenapa si gadis terus diam, tapi lihatlah gadis itu telah meloncat memeluknya. Memeluk lelaki itu.

"I don't know what can i do, what else can i say? Don't hurt me.. No more.. I want no other, no ther lover.. This is your life, our time. When we are together, i need you forever. What is this? Is it love? Where have you been? I- i miss you so much!!" Air mata si gadis tumpah dalam pelukan lelaki itu.

Sementara si lelaki begitu sulit mencerna perkataan gadis itu. Berusaha memahaminya. Tangan lelaki itu yang semula menggantung di tubuhnya, kini merengkuh balik tubuh gadis di hadapannya.

"I don't know who you are, but i'm, i'm with you"

Lanjut si gadis dengan mempererat pelukannya. Merasakan betapa berutungnya ia masih bisa melihat lelaki di hadapannya. Tiga musim, sembilan bulan ia lewati dengan menunggu. Di kedinginan. Berharap seseorang itu datang padanya dan membawanya. Kini, penantiannya terbayar.

"Apa kau gadis posesive? Ngomong-ngomong aku mulai sulit bernafas." Laki-laki itu akhinya bicara membuat gadis itu melepaskan pelukannya.

"Kau bilang kau malaikat? Tapi kenapa kau tidak mendengar aku berdoa memanggilmu?" Gadis itu bertanya dengan masih bercucuran air mata.

"Aku umbrellamu.. Tempat ini berubah. Tempat ini telah beratap. Kau... Tidak lagi membutuhkan payungmu." Jawab si lelaki itu.

"Bagaimana jika yang kubutuhkan bukan payungku? Bagaimana jika aku membutuhkanmu?" Tanya gadis itu lagi mengunci tatapannya pada mata lelaki di hadapannya.

"Tempat ini memang berubah. Lalu bagaimana jika aku tidak berubah? Aku selalu disini. Menunggumu. Entah untuk apa. Bisa kau beri tau aku perasaan apa ini? Setiap hari menahan dingin tapi aku bertahan. Menunggumu. Setidaknya beritahu aku kemana kau pergi!"

"Kenapa aku harus?"

"Karena ada seseorang seperti ku yang sedang menunggumu. Setiap hujan yang kulalui tidak pernah berhenti membayangkanmu. It's a damn cold night, but i, i still here. Want you take me by the hand ? Take me somewhere new!! Tidak bisakah kau melihatku dan menghargai penantianku!! I don't know who you are.. But i, i'm with you!!" Gadis itu merengkuh lengan si lelaki dan mencengramnya.

Air mata menetes deras di pipi si gadis. Sama deras dengan hujan yang bising itu. Lelaki itu menarik si gadis masuk kembali ke pelukannya. Membiarkan dadanya basah karena air mata yang tak kunjung berhenti dari si gadis. Mulutnya terbuka, bicara..

"Ini.. Cinta."

.

Someone POV

This is our time. I need you forever. And.. This is love. Aku hanya akan terus berdoa di dalam diriku, betapa aku selalu mengharapkan kehadiranmu abadi denganku. Aku berharap akan ada pertemuan berikutnya dan tidak akan ada lagi perpisahan.

Kini ku genggam tanganmu dan ku biarkan kepalaku bersandar di bahumu. Kita duduk di halte yang kini telah beratap. Iya. Kita tidak butuh payung lagi sekarang. Hatiku memanggilmu bukan untuk memayungiku lagi, tapi untuk bersamaku lagi. Setiap saat ini aku selalu merasa bahwa aku membutuhkanmu. Selamanya.

Hanya berharap agar kau tidak menyakitiku lagi. Tidak membiarkanku melakukan penantian panjang tanpa sebuah kepastian. Lagi. Bahkan sampai sekarang aku tidak tau kenapa aku menunggumu.

Mendengar dua kata yang kau ucapkan sebagai jawaban dari ocehan panjangku, membuatku merasakan perasaan yang lebih dari sekedar berbunga-bunga.

'Ini cinta..'

Aku bahkan tidak pernah membiarkan hatiku beranggapan bahwa ini cinta. Sekuat tenaga ku biarkan diri ini buta akan hal yang namanya cinta. Apa itu cinta aku tidak tau. Tapi kini kau datang dan memberiku sesuatu yang lebih dari sebuah penjelasan. Bukan lisan yang kau beri untuk membantuku mengerti. Hanya saja rengkuhan itu dan dua kata yang tidak akan berarti apa-apa bila di dengar yang lain. Tapi bagiku? Itu lebih dari sebuah pidato kemenangan, lebih dari apapun.

"Aku.. Melanjutkan studyku di LA. Itu sebabnya aku pergi. Aku tidak tau kau butuh penjelasanku atau tidak, hanya aku ingin menjelaskannya padamu. Aku harus menyiapkan semuanya saat itu. Bertemu denganmu memang terasa aneh untukku. Aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Kau tau? Aku memang benar-benar fans nomor 1 mu. Setiap hujan yang kulalui di LA juga telah membuatku banyak ingat padamu. Tapi.. Saat musim ini berakhir aku harus kembali ke sana. Aku.. Ingin membawamu"

.

Writer POV

Gadis itu tertegun dan mengangkat kepalanya dari bahu si lelaki. Ia bingung ingin menjawab permintaan lelaki yang baru saja ia miliki. Ia bingung antara memilih ikut atau tetap disini dan mengulang penantian panjang itu, lagi.

"Ta-tapi aku..kau.. Apalagi kau laki-laki.. Ke LA? Denganmu? Aku.. Bingung.."

"Hmmh.. Apa yang kau bingungkan? Memang apa salahnya jika aku begini? Kau juga bisa melanjutkan sekolahmu disana. Bukankah kau akan lulus sekolah sebentar lagi?"

"......"

"Ayolah.. Jung soojung."

"!!!!"

Soojung POV

Dia.. Dia mengetahui namaku. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?

"Kau tau namaku?" Ku biarkan mulut ini mengeluarkan suara untuk bertanya.

"Hmm ini." Jawabnya sambil menunjuk buku yang ku pegang.

Ahh benar. Ini buku ku dan disana tertera namaku. Orang yang pandai. Aku masih merasa bingung dengan tawaran yang ia berikan. Aku? Ke LA? Hanya dengannya? Apa itu tidak gila? Bagaimana dengan eonniku?

"Kemarikan bukumu."

Ia mengambil buku yang ku peluk ini. Membuka bagian belakangnya dan mengambil sebuah pena dari saku jaketnya. Apa dia selalu membawa pena di sakunya? Kebiasaan yang tak ingin ku lewatkan. Ahh aku bisa gila hanya karena ingin lebih mengenalmu.

"Kita akan bertemu lagi.. Di hujan berikutnya." Ia bangun dan mengecup keningku.

Ia berjalan melangkah pergi ke arah yang pasti akan membawa nya menuju rumah. Ku pegang keningku merasakan kehangatan. Merasakan sengatan listrik yang lebih dan lebih. Soojung ah.. Berhentilah seperti ini. Kau nampak bodoh!

Tunggu! Tulisan apa yang ia tulis di buku ku ini? Ahhh namanya!! Aku bahkan tak bertanya siapa namanya. Lelaki itu membuatku gila hanya karena berteriak pada diriku sendiri. Tanganku mulai bergerak membuka lembar terakhir dimana ku pastikan tulisan lelaki itu berada.

'Jangan pulang terlalu larut. Aku tidak akan pergi kecuali membawamu. Jika kau masih bertanya ini apa, ini lebih dari sekedar saling membutuhkan. Ini cinta... Oiya soojung.. Namaku.. Amber J Liu dan aku seorang perempuan.'
.
.
.
.
"Apalagii ini?!!!!!"

END