Rabu, 17 Agustus 2016

Beautiful rain

(Ps : find the cast)

I want no other 
No other lover
This is your life, our time 
When we are together 
I need you forever 
Is it love ? 

-what is love-


Someone POV

Hari ini hujan seperti hari itu. Waktu Kutatap langit yang memang sedang tak cerah ,bersamamu di sampingku. Bisakah aku kembali ke masa itu? Sekali lagi?

Tidak, jangan sekali. Bisakah aku kembali kemasa itu dan terus seperti itu? Entahlah aku membencimu tapi aku merindukanmu. Ingin ku tertawakan diriku ini. Bukan kau yang ku benci. Sungguh. Hanya, aku benci air yang kini berjatuhan. Merindukanmu? Tidak perlu bertanya. Selalu, jawabannya akan sama. Iya. 

.
Writer POV

Gadis itu terlihat murung duduk di bangku panjang yang terletak tepat di depan sebuah gedung besar. Tak jauh dari tempat ia mengenyam pendidikan.

Tangannya mengetuk-ngetuk layar handphone nya menunjukkan wajah kesalnya dengan sesekali menggerutu. 

"Huuuft aku benci hujan!" Gerutu Gadis cantik berambut hitam panjang itu.

Ia sedang berdiri di depan halte yang ada di dekat sekolahnya. Tangannya menggenggam sebuah payung yang melidunginya meski sebagian tubuhnya tetap terkena cipratan air hujan yang memang sangat deras. Iya. Ini halte yang tidak beratap.

"Kenapa?!" Kata Seseorang yang tiba-tiba ikut berpayung dibawah payung yang sama dengannya.

Mata gadis cantik ini membulat saat melihat Pria asing kini berada begitu dekat dengannya.

"Ya! Anda siapa?!"teriak gadis itu dan hendak menjauhkan dirinya dari lelaki itu.

Dirinya makin dibuat terkejut ketika tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya, membawanya semakin dekat kearah tubuh si lelaki.

"Ya! Kau gila?! Lepaskan aku!!" Teriak gadis itu.

"Kumohon. Hanya hingga hujan ini berhenti. Tetap seperti ini. Kau tega melihat seseorang mati kedinginan karena hujan begini?" Kata si lelaki dengan lembut lelaki itu bicara dan tangannya merapihkan rambut si gadis yang menutupi wajahnya.

Si gadis hanya diam dan tak berkedip. Otaknya terlalu sulit menerima keadaan yang ada di hadapannya. Didepannya ada seorang lelaki yang cukup tampan dengan wajahnya yang sedikit basah karena hujan. Darahnya berdesir cepat, jantungnya berdetak tak wajar, matanya terkunci untuk menatap si lelaki, dan perutnya mual merasakan kupu-kupu yang tidur sejak lama akhirnya bangun.

"Kudengar kau benci hujan? Why?" Pria itu bertanya pada gadis disampingnya.

"Emm itu.. Karena aku tidak suka ketika airnya yang membasahi tubuhku akan membuatku meringkuk sakit. Kalaupun tidak demam, tubuhku akan gatal karena airnya, dan aku tidak suka bau tanah akibat hujan." Gadis itu dengan ragu menjawab si lelaki.

"Begitukah? Kau pasti tau jika hujan adalah rahmat dari-Nya kan?"

"Emm aku tau.. Tapi aku tetap tak suka hujan. Benar-benar tak suka hujan." 

Mereka terus berbicara tanpa saling menatap satu samalain. Si gadis terlalu malu karena jarak yang sangat dekat dengan si lelaki. Hanya cukup Merasakan hangat yang di tularkan tubuh lelaki itu yang memang tak terlalu besar, namun sangat pas memeluknya. Sementara lelaki itu lebih sibuk dengan pikirannya sendiri. 

"Bagaimana jika aku membuatmu menyukai hujan?" Suara lelaki itu menarik perhatian si gadis untuk menoleh dan melihat kearah lelaki itu. 

Dengan wajah yang penuh pertanyaan si gadis menatap lelaki itu. Baru akan mengucapkan kata untuk bertanya, ia malah jadi diam duduk menegang, terkejut, dan matanya melebar sempurna. Sebuah bibir basah menempel sempurna di kening putih milik gadis itu. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan lelaki yang sedang bersamanya itu. Gadis itu terlalu terkejut dan terpaku di tempat membiarkan kedua bibir itu tetap menempel tak bergerak.

"Jangan benci hujan lagi. Wahh.. Hujan sudah reda. Terimakasih payungnya!"

Lelaki itu pergi setelah menepuk-nepuk kepala si gadis. Gadis itu terus diam memperhatikan langkah kaki lelaki itu menjauh setelah apa yang baru saja ia lakukan benar-benar membuat tubuhnya lemas dan membuat pikirannya tak karuan.

TINTINN!!!! (Suara klakson mengejutkannya)

"Ya!! Apa yang kau lakukan?!! Kakak harus segera kembali lagi ke kantor setelah mengantarmu pulang. Cepat-cepat!"

Sebuah suara mengejutkannya. Seorang wanita yang terlihat lebih dewasa dari si gadis datang dengan mobilnya membuat si gadis menoleh dan menangguk. Ia berjalan menuju mobil yang di kendarai oleh eonni nya itu sambil menutup payung lipatnya. Sebelum benar-benar masuk ke mobil, gadis itu menatap gang yang di lalui lelaki tadi. Tempat terakhir yang di lalui lelaki itu sebelum tidak lagi terlihat, tertutup bangunan-bangunan disana.

'I don't know who you are
But i, i'm with you'
.

Someone POV

Hmmhh... Menyukai hujan ya? Tidak. Bukannya menyukainya aku malah bertambah membencinya. Aku tidak suka hujan meski Orang-orang lain menyukainya. Aku tidak tau kenapa mereka menyukai hujan. Setidaknya mereka mencintai hujan karena mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan. Kau tau? Jika kau disini, mungkin aku akan menyukai hujan. Akan mencintai hujan.

Rasanya jika mengingatmu, aku jadi lebih membencimu dari pada hujan yang kini kutatap. Tapi sungguh dari pada rasa benci, ada rasa yang mendalam, yang lebih menikam kurasakan saat menatap air yang jatuh ini. Sendiri. Tanpamu lagi. Kau tau kan apa artinya? Aku merindukanmu. Kapan kembali? 

.

Writer POV

"Aiiishh!! Hujan lagi! Sial aku tidak membawa payung!! Kakak payah! Kenapa dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada menjemputku?! Aish!" Gadis itu kembali menggerutu setelah hujan tiba-tiba turun.

Ia yang awalnya tenang-tenang saja karena merasa aman tak ada tanda-tanda akan hujan, pada akhirnya menjadi kesal juga. Musim ini memang selalu menjadi musim yang paling tidak ia sukai. Padahal bunga bermekaran, dan suasana sangat menyenangkan tapi jika hujan sudah mulai turun, mulutnya tak akan berhenti mengeluarkan umpatan pada rintikan air yang sebenarnya tak bersalah itu.

"Harusnya kau mengirimiku pertanda tuhan.. Kau kan tau aku tak suka hujan, aiishhh"

Kakak nya yang ia harap-harap akan menjemput malah tidak bisa. Bertambahlah penderitaannya. Ia tidak mungkin menunggu bus datang dengan keadaan cuaca yang masih buruk begini. Dalam hatinya ia berharap ada yang datang dan menjadi malaikatnya, menyodorkan sebuah payung kepadanya atau minimal memayunginya di bawah payung yang sama.

"Ige." 

Gadis yang masih sibuk menutupi kepalanya dengan tangan, sedikit terkejut melihat sebuah tangan menyodorkan payung lipat padanya. Astaga doa nya di kabulkan dengan cepat. Wajah gadis ini mendongak ingin melihat siapa gerangan orang yang beniat baik padanya ini. 

Wajah gadis itu semakin lucu, dengan mata yang membulat dan mulutnya sedikit terbuka, ia merasa terkejut melihat seseorang yang berada di hadapannya itu. 

Lelaki itu. Lelaki yang ia temui beberapa hari yang lalu di tempat ini, dengan cuaca yang sama seperti ini. Astaga.. Hujan turun semakin banyak berangsur waktu, tapi gadis ini terlalu banyak berpikir. Lebih tepatnya terlalu terkejut.

"Nih.
 Katanya kau tidak suka ketika air hujan membasahi tubuhmu? Cepatlah.. sebelum tubuhmu ini jadi terlalu basah." Kata lelaki itu dengan lembut sambil terus berusaha menyodorkan payung yang di bawanya itu pada gadis di depannya.

Oh tunggu! Pria ini ternyata telah memakai payung sendiri. Dia juga berusaha memayungi tubuh gadis ini meski sedikit sia-sia karena hujan yang saat ini sudah sangat deras tetap membasahi tubuh si gadis. Setidaknya doa nya yang ini juga di kabulkan. Ada yang memayunginya. Hati si gadis tapi masih ragu untuk menerima payung yang di sodorkan si lelaki. Tapi, tubuhnya sudah cukup basah. Aahh tidak, banyak basah.

"Aiiishh.. Biar ku bukakan payungnya."

Lelaki itu Sedikit memundurkan tubuhnya kemudian membuka payung lipat tersebut agar bisa digunakan oleh si gadis. Payung yang ia bawa ia apit dengan leher dan bahunya agar tetap melindunginya dari hujan yang makin deras.

"Ige.." 

Laki-laki itu meraih tangan si gadis dan meletakkan payung itu pada tangannya agar di genggam. 

"Ka-kamsahamnida" , kata si gadis dengan menundukkan kepalanya. Tangannya tertarik oleh tangan yang menggenggam utuh miliknya itu. 

"Kaja! Aku antar kau pulang."

"M-mwo?"

"Aiish.. Kaja! Eonni mu tidak menjemputmu kan? Aku dengar umpatan mu tadi. Kaja aku antar."

"Tap-tapi.." 

"Sudahlah.. Kajja"

.

Someone POV 

Entahlah aku yang terlalu bodoh atau kau yang terlalu pintar. Entah kau menghipnotisku atau aku yang sangat terhipnotis olehmu. Setiap langkah yang kita lalui masih bisa kudengar. Saat langkah kita menapaki bumi yang basah karena genangan air hujan. Iya, Aku masih ingat. 

Kau tau? Sejak saat itu aku selalu merasa ingin bertemu denganmu. Lagi, terus menerus. Aku merindukan suara lembut nan ringan milikmu. Suara seindah malaikat dengan tutur kata semanis madu. Apapun yang kau ucapkan mengandung sihir. Setiap kata yang keluar mampu menarik sudut bibir ku membentuk lengkungan untuk mu. Ucapan yang terus keluar dari mulutmu yang mengiringi langkahku kembali kerumah saat itu. Aku... Itu.. Ingin ku ulang.

Aku jadi makin membutuhkanmu. Jadi makin merindukanmu. Tuhan.. Bawa dia kembali padaku.

'No one want to be alone'
.
Writer POV

Gadis itu berjalan dalam diam sambil menundukkan kepalanya, sedang berpikir. Hatinya seolah menjerit dan menyuruhnya untuk kesana lagi. Ketempat itu. Halte bus itu. 

Dirinya berpikir, Siapa nama lelaki yang ia temui tempo hari itu. Dimana tempat tinggalnya? Berapa usianya? Ia ingin bertemu lagi dengannya, lebih mengenalnya, agar sesuatu yang ada didalam dadanya tidak terus mendesak dirinya.

"Huuuuftt.. Aku harap hari ini hujan.." Kata si gadis, berugumam.

Tunggu! Dia membenci hujan kan? Tapi baru saja ia bilang ia mengharapkan hujan turun. Ada apa dengannya?

Doa nya kembali di kabulkan kali ini. Hujan kembali turun dan mengguyur tubuhnya secara perlahan. Gerimis hujan ia biarkan berjatuhan tanpa takut sedikitpun. Dia sengaja tak membawa payung, sengaja. Untuk bertemu dengan..

"Ya! Kau kenapa?! Patah hati? Hujan-hujanan begini. Huufft aku cuma bawa payung satu kali ini. Apa kau sudah suka hujan eoh?!" 

Suara ini. Suara yang membuat si gadis tak berhenti melamun setiap saat. Suara yang terus berdengung, bersautan dengan suara hati dan pikirannya sendiri. Suara ini.

"Yaa!! Lihatlah bajumu basah!" 

Si gadis hanya menunduk, tersenyum  tanpa mendongak menatap orang di depanya ini. Lelaki itu. Ia menikmati kata-kata yang lelaki itu keluarkan, walau itu lebih tepat disebut sebagai makian.

"Yaah.. Berhentilah berteriak di depanku. Ikhlas tidak kau menolongku?"

Lelaki itu malah melihat gadis itu dengan mata yang terbelalak, terlihat sedikit kesal karena pertanyaan si gadis.

"Kau mau pulang? Kajja ku antar." Lelaki itu langsung meraih tangan si gadis dan membawanya berjalan dibawah payung yang sama.

"Aniya.. Aku akan di jemput eonni ku.. Hanya saja, bisakah kau tinggal sampai eonniku datang? Seperti yang kau lihat, aku tidak membawa payung." Kata si gadis dengan menundukkan kepalanya, menatap kedua tangan yang saling berkaitan itu, tangannya dan tangan di laki-laki.

"Huuft, baiklah.. Lain kali bawalah payung." 

"Bagaimana jika aku ingin terus kau bantu? Memayungiku? Memberiku payung?" Suara kecil gadis itu yang hampir tak terdengar karena bertabrakan dengan suara rintik hujan. 

"Mwo? Bicara lah yang jelas!"

"Ani.."

Selama beberapa detik hanya kediaman yang menyelubungi keduanya. Tak ada yang memulai percakapan. Membiarkan suara rintik hujan mendominasi.

"Kau../emm.."

Mereka mengeluarkan suara secara bersamaan dan mengalihkan pandangan kearah lain.

"Kau duluan.." Ucap si gadis

"Ani.. Kau tinggal agak jauh dari sini, tapi aku sering melihatmu di caffe dekat rumahku. Kau selalu melakukan ini.."

Lelaki itu berbicara kemudian memeragakan apa yang di lakukan gadis itu. Membiarkan jarinya menari seolah memutar di bibir cangkir.

"Kau? Kau memata-matai ku ya?!" Teriak si gadis pada lelaki itu.

"Ya! Tidak, tentu saja! Untuk apa?! Kau saja mungkin yang sering datang kesana sengaja ingin melihatku barang kali." Dengan enteng si lelaki berucap dengan gaya sedikit sombong.

"Ohh iya.. Kita bahkan belum berkenalan." Lanjut lelaki itu.

"Tidak perlu!!" 

"Yasudah..."

Mereka kembali diam dan sibuk berpikir. Hujan belum juga reda, dan kakak dari si gadis belum juga datang. Tapi, entah kenapa, gadis itu merasa sedikit beruntung karena keadaan yang biasanya tak menyenangkan baginya, menjadi lebih menyenangkan. Berada di samping si lelaki membuat gadis itu merasakan perasaan tenang dan aman. Bisakah itu di sebut sebagai membutuhkan?

"Tapi aku perlu tau namamu.." Seru si gadis tiba-tiba.

"Katamu tak perlu? Untuk apa? Tak akan penting untukmu."

Gadis itu membelalakkan matanya mendengar jawaban dari lelaki itu. Tangannya menyilang di dada dan ia membalikkan badannya membelakangi tubuh lelaki itu, Tak perduli lagi meski hujan lebih terasa mengenai tubuhnya.

Sebuah tangan merengkuh pinggang gadis itu dari belakang. Tangan siapa lagi kalau bukan milik lelaki itu.

"Nanti kau sakit gadis cantik.."

Mereka kembali diam dengan posisi gadis itu yang masih memelakangi tubuh lelaki itu meskipun kali ini mereka berjarak lebih dekat dari sebelumnya.

"Kau merajuk? Pada malaikat penolongmu ini? Ahh maaf.."

.

Someone POV

malaikat ya? Hahaha malaikat macam apa kau itu? Apa aku terlihat seperti orang gila sekarang ini? Sebentar terlihat murung, kemudian terlihat tersenyum lagi. Iya aku gila karenamu. Rindu yang menggila.

Hari yang itu adalah pertama kalinya perdebatan-perdebatan keluar dari mulutku untukmu. Aku rindu teriakan lucu mu. Kau.. Orang asing pertama yang begitu terasa tidak asing untukku. Berapa kali lagi aku harus bilang ini padamu? Kembalilah.. Kembali..

.

Writer POV

"Hai.. Kau tidak marah lagi kan?" 

Dua hari berikutnya si gadis dan lelaki itu bertemu lagi. Gadis itu tengah memainkan kakinya di genangan air di depannya, sambil memegang payung putih bening yang melindunginya dari rintik air.

"Marah? Kenapa harus marah?" 

"Sikapmu tapi menunjukkan kalau kau marah..Eh iya.. Kakak mu cantik. Jika kau tidak mau berkenalan denganku, kenalkan kakakmu saja padaku."

Mata gadis itu membulat sempurna, terkejut mendengar ucapan laki-laki di sampingnya. Wajah laki-laki itu memang tak terlihat sepenuhnya tertutup payung, tapi senyuman tipis masih bisa gadis itu liat terukir di wajah si lelaki. Bagaimana si lelaki itu tau kakaknya? di pastikan karena pertemuan mereka sebelumnya, laki-laki itu sempat melihat kakak dari si gadis sekilas saat menjemputnya.

"Ya! Tuan umbrella! Kakakku sudah punya pacar. Lagipun, dia itu seorang  yang gila bekerja." Tutur gadis itu sambil mengalihkan tubuhnya memandang si lelaki.

"Apa?! Tuan umbrella? Tuan? Wahahahhaa.. Aku tidak salah dengar? Kenapa kau memanggilku begitu? Hahaha"

"Kenapa? Apa salah? Aku terlalu bingung bagaimana cara memanggilmu. Bukankah itu lebih baik dari pada om om bodoh atau om om gila? Aku sudah baik padamu bodoh!"

Tawa lelaki itu berhenti perlahan dan memberikan senyumannya pada si gadis.

"Hmm, tidak apa..Kau tau? Itu sebenarnya terdengar mirip dengan namaku.."

"...."

.

Someone POV

Aku telah memilih melupakanmu. Tapi itu sulit. Sangat sulit. Melepas bayanganmu adalah hal yang mustahil ku lakukan. Harusnya kau kembali. Kau malaikat ku kan? 

Malam ini hujan dan tak ada kau. Dingin. Gelap. Terlalu sunyi. Hanya suara hembusan nafasku sendiri dan suara gemericik air yang berlomba-lomba menapak tanah. Bibirku masih terus mengucapkan doa agar seseorang datang lagi. Siapa lagi kalau bukan kau? Tidakkah kau mau mengajakku pergi? Meraih tanganku dan membawaku bersamamu lagi? Kemanapun.. Tempat ini berubah, tapi tidak dengan perasaan ini. 

Harusnya kau tidak pernah datang bila memang akan pergi kemudian. Harusnya kita tidak saling mengenal jika kau akhirnya membuatku ingin menghapusmu. Ahh aku lupa. Kita belum sepenuhnya saling mengenal. Tau nama masing-masing saja tidak. Kau... Bagaimana kabarmu?

'Why is everything so confusing'
.

Writer POV

Gadis itu tersenyum di bawah payungnya. Senyuman itu terlihat sangat terang meski langit diatasnya mendung. 

"Kau nampak senang."

Suara ini lagi. Suara ini membuat si gadis lebih tersenyum. Ia menolehkan wajahnya menatap orang itu. Laki-laki yang beberapa kali ia temui belakangan ini. Selalu di bawah ritikan hujan.

"Hahaha.. Kau lagi. Hey umbrella, kau itu semacam peri hujan begitu ya? Kau selalu muncul di kala hujan dan menemuiku. Aku yakin kau adalah fans nomor 1 ku di dunia ini kan?" Gadis itu menunjuk wajah lelaki itu yang sama mentapnya. 

Wajah laki-laki itu juga terlihat senang. Senyuman juga terukir jelas di sana. Tangannya mengulur, mengacak-acak rambut si gadis.

"Mungkin ,bisa jadi. Tapi kurasa, kau selalu memanggilku kan dalam hatimu? Mencariku? Untuk itulah kenapa aku datang."

Gadis itu menelan ludahnya ketika mendengar pertanyaan si lelaki. Tertangkap basah. Itu yang di rasakan si gadis. Ia jadi salah tingkah dan mengalihkan pandangannya dari si lelaki.

"Kurasa ada yang merasa panas di kala hujan.. Hahaha!! Anak kecil" tawa lelaki itu lepas ketika melihat wajah gadis di depannya memerah.

Sementara itu, gadis yang di tertawai itu membulatkan matanya. Kakinya dengan keras menginjak kaki si lelaki.

"Ya! Ya! Yaa!! Apa yang kau lakukan!! Auuch!"

"Biar tau rasa!!! Kau berani mengejekku!! Umbrella jelek!! Menyebalkan!!"

Gadis itu masih menginjak kaki si lelaki. Lelaki itu berusaha untuk menarik kakinya dari kaki si gadis. Saat kaki nya berhasil tertarik lepas dari injakan si gadis, ia terlihat senang.

"Aaaaaaa!!!!"

Dengan sigap laki-laki itu menarik tangan gadis yang baru saja tidak bisa menyeimbangkan dirinya. Tangan laki-laki itu menggenggam telapak tangan si gadis dengan erat tak membiarkan si gadis jatuh. Ia menarik gadis itu dengan kuat agar posisi tubuh si gadis itu kembali benar.

"Te-thanks.."

"....."

"Kau marah?"

"......."

"Huuuuftttt..."

Mereka hening sesaat. Lelaki itu memilih mendiamkan si gadis bukan karena marah, tapi ia sedang menikmati hujan deras itu.

"Tadi kenapa kau senang?" 

Gadis itu menoleh menatap si lelaki dengan mata yang berbinar. Ia senang mengetahui lelaki itu tidak lagi marah padanya. Yah walaupun laki-laki itu memang tidak marah.

"Emm.. Sebentar lagi summer. Kau tau jelas kan kenapa aku suka summer? Iya!! Karena hujan akan jarang datang di musim depan. Musim selanjut-selanjutnya juga. Jadi aku sangat senang."

"....."

"Oiya.. Katanya hari ini juga hari terakhir hujan menurut ramalan cuaca. Is it great?! Waahh daebak! Menyenangkan sekali!!"

Laki-laki itu diam dan mengerutkan dahinya mendengar celotehan si gadis.

"Bagaimana jika selayaknya hujan,bagaimana jika ini juga terakhir kalinya aku datang untukmu?"

.

I'm waitin in the dark 
I thought that you'd be here by now 
There's nothing but the rain 
No footsteps on the ground 
I'm listening but there's no sound 

Someone POV

Aku menunggumu di kegepalapan. Entah untuk apa aku menunggumu. Aku selalu berpikir kau akan datang lagi, tapi yang terus datang justru hal yang ku benci ini. Aku berharap bisa mendengar langkahmu dan melihat jejak kakimu, mendekatiku. Tapi tidak. Kau tidak disana.

Aku tidak tau kenapa kau tidak disana. Aku memberikanmu sesuatu namun seoalah kau tidak perduli. Apa yang salah? Beri aku tanda mengapa kau meninggalkanku. 

Beri aku tanda apakah ini? Ini apa?! Sakit yang membekukan aku. Aku bisa melakukan apa sekarang? Aku bisa bicara apa sekarang? Aku bahkan tidak bisa pergi melupakanmu. Seolah aku telah terikat dengan tempat ini, terikat denganmu.

Aku benar benar tidak ingin yang lain. Aku meninginkanmu, waktu kita. Aku selamanya membutuhkanmu. Ini apa? Ini apa?! Kembalilah padaku dan jelaskan padaku apa ini. Aku lelah menunggumu. Tubuhku lelah menunggumu. Tapi hatiku? Memintaku terus disini, hingga kau kembali.

Tiga musim sudah ku lewati. Ku tunggu kau datang tiap hujan turun, berharap kau ada lagi tiap aku memanggil namamu dalam hatiku. Ahh salah bukan namamu. Aku bahkan belum tau namamu. 

Aku pernah berpikir kau sejenis makhluk yang hanya muncul di kala hujan, Tapi kelihatannya tidak. Di musim yang lain kau tidak datang meski hujan datang. Hujan terakhir itu benar-benar menjadi yang terakhir kali pula aku 
menemukanmu di sekelilingku. Apa kau marah padaku? Karena itu hingga kini aku masih menunggumu. Menunggu musim semiku. Musim yang paling banyak hujan turun. Musim yang sebelumnya tidak pernah ingin ku lalui. Tapi, kini aku menantikannya, menantikanmu. Kapan kembali?
.
.
.

"Isn't anyone tryin to find me?"

Aku membeku.

"Sudah suka hujan? Sudah berhenti menggerutu pada hujan??"

Writer POV

Gadis itu membeku tidak bergerak. Matanya menatap seseorang di depannya dengan mata merah yang menahan tangis.

"Ya! Kenapa kau di-"

Baru orang itu mau bertanya kenapa si gadis terus diam, tapi lihatlah gadis itu telah meloncat memeluknya. Memeluk lelaki itu. 

"I don't know what can i do, what else can i say? Don't hurt me.. No more.. I want no other, no ther lover.. This is your life, our time. When we are together, i need you forever. What is this? Is it love? Where have you been? I- i miss you so much!!" Air mata si gadis tumpah dalam pelukan lelaki itu.

Sementara si lelaki begitu sulit mencerna perkataan gadis itu. Berusaha memahaminya. Tangan lelaki itu yang semula menggantung di tubuhnya, kini merengkuh balik tubuh gadis di hadapannya. 

"I don't know who you are, but i'm, i'm with you"

Lanjut si gadis dengan mempererat pelukannya. Merasakan betapa berutungnya ia masih bisa melihat lelaki di hadapannya. Tiga musim, sembilan bulan ia lewati dengan menunggu. Di kedinginan. Berharap seseorang itu datang padanya dan membawanya. Kini, penantiannya terbayar. 

"Apa kau gadis posesive? Ngomong-ngomong aku mulai sulit bernafas." Laki-laki itu akhinya bicara membuat gadis itu melepaskan pelukannya.

"Kau bilang kau malaikat? Tapi kenapa kau tidak mendengar aku berdoa memanggilmu?" Gadis itu bertanya dengan masih bercucuran air mata. 

"Aku umbrellamu.. Tempat ini berubah. Tempat ini telah beratap. Kau... Tidak lagi membutuhkan payungmu." Jawab si lelaki itu.

"Bagaimana jika yang kubutuhkan bukan payungku? Bagaimana jika aku membutuhkanmu?" Tanya gadis itu lagi mengunci tatapannya pada mata lelaki di hadapannya.

"Tempat ini memang berubah. Lalu bagaimana jika aku tidak berubah? Aku selalu disini. Menunggumu. Entah untuk apa. Bisa kau beri tau aku perasaan apa ini? Setiap hari menahan dingin tapi aku bertahan. Menunggumu. Setidaknya beritahu aku kemana kau pergi!"

"Kenapa aku harus?"

"Karena ada seseorang seperti ku yang sedang menunggumu. Setiap hujan yang kulalui tidak pernah berhenti membayangkanmu. It's a damn cold night, but i, i still here. Want you take me by the hand ? Take me somewhere new!! Tidak bisakah kau melihatku dan menghargai penantianku!! I don't know who you are.. But i, i'm with you!!" Gadis itu merengkuh lengan si lelaki dan mencengramnya. 

Air mata menetes deras di pipi si gadis. Sama deras dengan hujan yang bising itu. Lelaki itu menarik si gadis masuk kembali ke pelukannya. Membiarkan dadanya basah karena air mata yang tak kunjung berhenti dari si gadis. Mulutnya terbuka, bicara..

"Ini.. Cinta."

.

Someone POV

This is our time. I need you forever. And.. This is love. Aku hanya akan terus berdoa di dalam diriku, betapa aku selalu mengharapkan kehadiranmu abadi denganku. Aku berharap akan ada pertemuan berikutnya dan tidak akan ada lagi perpisahan.

Kini ku genggam tanganmu dan ku biarkan kepalaku bersandar di bahumu. Kita duduk di halte yang kini telah beratap. Iya. Kita tidak butuh payung lagi sekarang. Hatiku memanggilmu bukan untuk memayungiku lagi, tapi untuk bersamaku lagi. Setiap saat ini aku selalu merasa bahwa aku membutuhkanmu. Selamanya. 

Hanya berharap agar kau tidak menyakitiku lagi. Tidak membiarkanku melakukan penantian panjang tanpa sebuah kepastian. Lagi. Bahkan sampai sekarang aku tidak tau kenapa aku menunggumu. 

Mendengar dua kata yang kau ucapkan sebagai jawaban dari ocehan panjangku, membuatku merasakan perasaan yang lebih dari sekedar berbunga-bunga. 

'Ini cinta..'

Aku bahkan tidak pernah membiarkan hatiku beranggapan bahwa ini cinta. Sekuat tenaga ku biarkan diri ini buta akan hal yang namanya cinta. Apa itu cinta aku tidak tau. Tapi kini kau datang dan memberiku sesuatu yang lebih dari sebuah penjelasan. Bukan lisan yang kau beri untuk membantuku mengerti. Hanya saja rengkuhan itu dan dua kata yang tidak akan berarti apa-apa bila di dengar yang lain. Tapi bagiku? Itu lebih dari sebuah pidato kemenangan, lebih dari apapun. 

"Aku.. Melanjutkan studyku di LA. Itu sebabnya aku pergi. Aku tidak tau kau butuh penjelasanku atau tidak, hanya aku ingin menjelaskannya padamu. Aku harus menyiapkan semuanya saat itu. Bertemu denganmu memang terasa aneh untukku. Aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Kau tau? Aku memang benar-benar fans nomor 1 mu. Setiap hujan yang kulalui di LA juga telah membuatku banyak ingat padamu. Tapi.. Saat musim ini berakhir aku harus kembali ke sana. Aku.. Ingin membawamu"

.

Writer POV

Gadis itu tertegun dan mengangkat kepalanya dari bahu si lelaki. Ia bingung ingin menjawab permintaan lelaki yang baru saja ia miliki. Ia bingung antara memilih ikut atau tetap disini dan mengulang penantian panjang itu, lagi.

"Ta-tapi aku..kau.. Apalagi kau laki-laki.. Ke LA? Denganmu? Aku.. Bingung.."

"Hmmh.. Apa yang kau bingungkan? Memang apa salahnya jika aku begini? Kau juga bisa melanjutkan sekolahmu disana. Bukankah kau akan lulus sekolah sebentar lagi?"

"......"

"Ayolah.. Jung soojung."

"!!!!"

Soojung POV

Dia.. Dia mengetahui namaku. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?

"Kau tau namaku?" Ku biarkan mulut ini mengeluarkan suara untuk bertanya.

"Hmm ini." Jawabnya sambil menunjuk buku yang ku pegang.

Ahh benar. Ini buku ku dan disana tertera namaku. Orang yang pandai. Aku masih merasa bingung dengan tawaran yang ia berikan. Aku? Ke LA? Hanya dengannya? Apa itu tidak gila? Bagaimana dengan eonniku? 

"Kemarikan bukumu."

Ia mengambil buku yang ku peluk ini. Membuka bagian belakangnya dan mengambil sebuah pena dari saku jaketnya. Apa dia selalu membawa pena di sakunya? Kebiasaan yang tak ingin ku lewatkan. Ahh aku bisa gila hanya karena ingin lebih mengenalmu. 

"Kita akan bertemu lagi.. Di hujan berikutnya." Ia bangun dan mengecup keningku. 

Ia berjalan melangkah pergi ke arah yang pasti akan membawa nya menuju rumah. Ku pegang keningku merasakan kehangatan. Merasakan sengatan listrik yang lebih dan lebih. Soojung ah.. Berhentilah seperti ini. Kau nampak bodoh! 

Tunggu! Tulisan apa yang ia tulis di buku ku ini? Ahhh namanya!! Aku bahkan tak bertanya siapa namanya. Lelaki itu membuatku gila hanya karena berteriak pada diriku sendiri. Tanganku mulai bergerak membuka lembar terakhir dimana ku pastikan tulisan lelaki itu berada.

'Jangan pulang terlalu larut. Aku tidak akan pergi kecuali membawamu. Jika kau masih bertanya ini apa, ini lebih dari sekedar saling membutuhkan. Ini cinta... Oiya soojung.. Namaku.. Amber J Liu dan aku seorang perempuan.'
.
.
.
.
"Apalagii ini?!!!!!"

END


Selasa, 16 Agustus 2016

Beautiful rain

(Ps : find the cast)

I want no other
No other lover
This is your life, our time
When we are together
I need you forever
Is it love ?

-what is love-


Someone POV

Hari ini hujan seperti hari itu. Waktu Kutatap langit yang memang sedang tak cerah ,bersamamu di sampingku. Bisakah aku kembali ke masa itu? Sekali lagi?

Tidak, jangan sekali. Bisakah aku kembali kemasa itu dan terus seperti itu? Entahlah aku membencimu tapi aku merindukanmu. Ingin ku tertawakan diriku ini. Bukan kau yang ku benci. Sungguh. Hanya, aku benci air yang kini berjatuhan. Merindukanmu? Tidak perlu bertanya. Selalu, jawabannya akan sama. Iya.

.
Writer POV

Gadis itu terlihat murung duduk di bangku panjang yang terletak tepat di depan sebuah gedung besar. Tak jauh dari tempat ia mengenyam pendidikan.

Tangannya mengetuk-ngetuk layar handphone nya menunjukkan wajah kesalnya dengan sesekali menggerutu.

"Huuuft aku benci hujan!" Gerutu Gadis cantik berambut hitam panjang itu.

Ia sedang berdiri di depan halte yang ada di dekat sekolahnya. Tangannya menggenggam sebuah payung yang melidunginya meski sebagian tubuhnya tetap terkena cipratan air hujan yang memang sangat deras. Iya. Ini halte yang tidak beratap.

"Kenapa?!" Kata Seseorang yang tiba-tiba ikut berpayung dibawah payung yang sama dengannya.

Mata gadis cantik ini membulat saat melihat Pria asing kini berada begitu dekat dengannya.

"Ya! Anda siapa?!"teriak gadis itu dan hendak menjauhkan dirinya dari lelaki itu.

Dirinya makin dibuat terkejut ketika tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya, membawanya semakin dekat kearah tubuh si lelaki.

"Ya! Kau gila?! Lepaskan aku!!" Teriak gadis itu.

"Kumohon. Hanya hingga hujan ini berhenti. Tetap seperti ini. Kau tega melihat seseorang mati kedinginan karena hujan begini?" Kata si lelaki dengan lembut lelaki itu bicara dan tangannya merapihkan rambut si gadis yang menutupi wajahnya.

Si gadis hanya diam dan tak berkedip. Otaknya terlalu sulit menerima keadaan yang ada di hadapannya. Didepannya ada seorang lelaki yang cukup tampan dengan wajahnya yang sedikit basah karena hujan. Darahnya berdesir cepat, jantungnya berdetak tak wajar, matanya terkunci untuk menatap si lelaki, dan perutnya mual merasakan kupu-kupu yang tidur sejak lama akhirnya bangun.

"Kudengar kau benci hujan? Why?" Pria itu bertanya pada gadis disampingnya.

"Emm itu.. Karena aku tidak suka ketika airnya yang membasahi tubuhku akan membuatku meringkuk sakit. Kalaupun tidak demam, tubuhku akan gatal karena airnya, dan aku tidak suka bau tanah akibat hujan." Gadis itu dengan ragu menjawab si lelaki.

"Begitukah? Kau pasti tau jika hujan adalah rahmat dari-Nya kan?"

"Emm aku tau.. Tapi aku tetap tak suka hujan. Benar-benar tak suka hujan."

Mereka terus berbicara tanpa saling menatap satu samalain. Si gadis terlalu malu karena jarak yang sangat dekat dengan si lelaki. Hanya cukup Merasakan hangat yang di tularkan tubuh lelaki itu yang memang tak terlalu besar, namun sangat pas memeluknya. Sementara lelaki itu lebih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Bagaimana jika aku membuatmu menyukai hujan?" Suara lelaki itu menarik perhatian si gadis untuk menoleh dan melihat kearah lelaki itu.

Dengan wajah yang penuh pertanyaan si gadis menatap lelaki itu. Baru akan mengucapkan kata untuk bertanya, ia malah jadi diam duduk menegang, terkejut, dan matanya melebar sempurna. Sebuah bibir basah menempel sempurna di kening putih milik gadis itu. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan lelaki yang sedang bersamanya itu. Gadis itu terlalu terkejut dan terpaku di tempat membiarkan kedua bibir itu tetap menempel tak bergerak.

"Jangan benci hujan lagi. Wahh.. Hujan sudah reda. Terimakasih payungnya!"

Lelaki itu pergi setelah menepuk-nepuk kepala si gadis. Gadis itu terus diam memperhatikan langkah kaki lelaki itu menjauh setelah apa yang baru saja ia lakukan benar-benar membuat tubuhnya lemas dan membuat pikirannya tak karuan.

TINTINN!!!! (Suara klakson mengejutkannya)

"Ya!! Apa yang kau lakukan?!! Kakak harus segera kembali lagi ke kantor setelah mengantarmu pulang. Cepat-cepat!"

Sebuah suara mengejutkannya. Seorang wanita yang terlihat lebih dewasa dari si gadis datang dengan mobilnya membuat si gadis menoleh dan menangguk. Ia berjalan menuju mobil yang di kendarai oleh eonni nya itu sambil menutup payung lipatnya. Sebelum benar-benar masuk ke mobil, gadis itu menatap gang yang di lalui lelaki tadi. Tempat terakhir yang di lalui lelaki itu sebelum tidak lagi terlihat, tertutup bangunan-bangunan disana.

'I don't know who you are
But i, i'm with you'
.

Someone POV

Hmmhh... Menyukai hujan ya? Tidak. Bukannya menyukainya aku malah bertambah membencinya. Aku tidak suka hujan meski Orang-orang lain menyukainya. Aku tidak tau kenapa mereka menyukai hujan. Setidaknya mereka mencintai hujan karena mereka tidak merasakan apa yang aku rasakan. Kau tau? Jika kau disini, mungkin aku akan menyukai hujan. Akan mencintai hujan.

Rasanya jika mengingatmu, aku jadi lebih membencimu dari pada hujan yang kini kutatap. Tapi sungguh dari pada rasa benci, ada rasa yang mendalam, yang lebih menikam kurasakan saat menatap air yang jatuh ini. Sendiri. Tanpamu lagi. Kau tau kan apa artinya? Aku merindukanmu. Kapan kembali?

.

Writer POV

"Aiiishh!! Hujan lagi! Sial aku tidak membawa payung!! Kakak payah! Kenapa dia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada menjemputku?! Aish!" Gadis itu kembali menggerutu setelah hujan tiba-tiba turun.

Ia yang awalnya tenang-tenang saja karena merasa aman tak ada tanda-tanda akan hujan, pada akhirnya menjadi kesal juga. Musim ini memang selalu menjadi musim yang paling tidak ia sukai. Padahal bunga bermekaran, dan suasana sangat menyenangkan tapi jika hujan sudah mulai turun, mulutnya tak akan berhenti mengeluarkan umpatan pada rintikan air yang sebenarnya tak bersalah itu.

"Harusnya kau mengirimiku pertanda tuhan.. Kau kan tau aku tak suka hujan, aiishhh"

Kakak nya yang ia harap-harap akan menjemput malah tidak bisa. Bertambahlah penderitaannya. Ia tidak mungkin menunggu bus datang dengan keadaan cuaca yang masih buruk begini. Dalam hatinya ia berharap ada yang datang dan menjadi malaikatnya, menyodorkan sebuah payung kepadanya atau minimal memayunginya di bawah payung yang sama.

"Ige."

Gadis yang masih sibuk menutupi kepalanya dengan tangan, sedikit terkejut melihat sebuah tangan menyodorkan payung lipat padanya. Astaga doa nya di kabulkan dengan cepat. Wajah gadis ini mendongak ingin melihat siapa gerangan orang yang beniat baik padanya ini.

Wajah gadis itu semakin lucu, dengan mata yang membulat dan mulutnya sedikit terbuka, ia merasa terkejut melihat seseorang yang berada di hadapannya itu.

Lelaki itu. Lelaki yang ia temui beberapa hari yang lalu di tempat ini, dengan cuaca yang sama seperti ini. Astaga.. Hujan turun semakin banyak berangsur waktu, tapi gadis ini terlalu banyak berpikir. Lebih tepatnya terlalu terkejut.

"Nih.
 Katanya kau tidak suka ketika air hujan membasahi tubuhmu? Cepatlah.. sebelum tubuhmu ini jadi terlalu basah." Kata lelaki itu dengan lembut sambil terus berusaha menyodorkan payung yang di bawanya itu pada gadis di depannya.

Oh tunggu! Pria ini ternyata telah memakai payung sendiri. Dia juga berusaha memayungi tubuh gadis ini meski sedikit sia-sia karena hujan yang saat ini sudah sangat deras tetap membasahi tubuh si gadis. Setidaknya doa nya yang ini juga di kabulkan. Ada yang memayunginya. Hati si gadis tapi masih ragu untuk menerima payung yang di sodorkan si lelaki. Tapi, tubuhnya sudah cukup basah. Aahh tidak, banyak basah.

"Aiiishh.. Biar ku bukakan payungnya."

Lelaki itu Sedikit memundurkan tubuhnya kemudian membuka payung lipat tersebut agar bisa digunakan oleh si gadis. Payung yang ia bawa ia apit dengan leher dan bahunya agar tetap melindunginya dari hujan yang makin deras.

"Ige.."

Laki-laki itu meraih tangan si gadis dan meletakkan payung itu pada tangannya agar di genggam.

"Ka-kamsahamnida" , kata si gadis dengan menundukkan kepalanya. Tangannya tertarik oleh tangan yang menggenggam utuh miliknya itu.

"Kaja! Aku antar kau pulang."

"M-mwo?"

"Aiish.. Kaja! Eonni mu tidak menjemputmu kan? Aku dengar umpatan mu tadi. Kaja aku antar."

"Tap-tapi.."

"Sudahlah.. Kajja"

.

Someone POV

Entahlah aku yang terlalu bodoh atau kau yang terlalu pintar. Entah kau menghipnotisku atau aku yang sangat terhipnotis olehmu. Setiap langkah yang kita lalui masih bisa kudengar. Saat langkah kita menapaki bumi yang basah karena genangan air hujan. Iya, Aku masih ingat.

Kau tau? Sejak saat itu aku selalu merasa ingin bertemu denganmu. Lagi, terus menerus. Aku merindukan suara lembut nan ringan milikmu. Suara seindah malaikat dengan tutur kata semanis madu. Apapun yang kau ucapkan mengandung sihir. Setiap kata yang keluar mampu menarik sudut bibir ku membentuk lengkungan untuk mu. Ucapan yang terus keluar dari mulutmu yang mengiringi langkahku kembali kerumah saat itu. Aku... Itu.. Ingin ku ulang.

Aku jadi makin membutuhkanmu. Jadi makin merindukanmu. Tuhan.. Bawa dia kembali padaku.

'No one want to be alone'
.
Writer POV

Gadis itu berjalan dalam diam sambil menundukkan kepalanya, sedang berpikir. Hatinya seolah menjerit dan menyuruhnya untuk kesana lagi. Ketempat itu. Halte bus itu.

Dirinya berpikir, Siapa nama lelaki yang ia temui tempo hari itu. Dimana tempat tinggalnya? Berapa usianya? Ia ingin bertemu lagi dengannya, lebih mengenalnya, agar sesuatu yang ada didalam dadanya tidak terus mendesak dirinya.

"Huuuuftt.. Aku harap hari ini hujan.." Kata si gadis, berugumam.

Tunggu! Dia membenci hujan kan? Tapi baru saja ia bilang ia mengharapkan hujan turun. Ada apa dengannya?

Doa nya kembali di kabulkan kali ini. Hujan kembali turun dan mengguyur tubuhnya secara perlahan. Gerimis hujan ia biarkan berjatuhan tanpa takut sedikitpun. Dia sengaja tak membawa payung, sengaja. Untuk bertemu dengan..

"Ya! Kau kenapa?! Patah hati? Hujan-hujanan begini. Huufft aku cuma bawa payung satu kali ini. Apa kau sudah suka hujan eoh?!"

Suara ini. Suara yang membuat si gadis tak berhenti melamun setiap saat. Suara yang terus berdengung, bersautan dengan suara hati dan pikirannya sendiri. Suara ini.

"Yaa!! Lihatlah bajumu basah!"

Si gadis hanya menunduk, tersenyum  tanpa mendongak menatap orang di depanya ini. Lelaki itu. Ia menikmati kata-kata yang lelaki itu keluarkan, walau itu lebih tepat disebut sebagai makian.

"Yaah.. Berhentilah berteriak di depanku. Ikhlas tidak kau menolongku?"

Lelaki itu malah melihat gadis itu dengan mata yang terbelalak, terlihat sedikit kesal karena pertanyaan si gadis.

"Kau mau pulang? Kajja ku antar." Lelaki itu langsung meraih tangan si gadis dan membawanya berjalan dibawah payung yang sama.

"Aniya.. Aku akan di jemput eonni ku.. Hanya saja, bisakah kau tinggal sampai eonniku datang? Seperti yang kau lihat, aku tidak membawa payung." Kata si gadis dengan menundukkan kepalanya, menatap kedua tangan yang saling berkaitan itu, tangannya dan tangan di laki-laki.

"Huuft, baiklah.. Lain kali bawalah payung."

"Bagaimana jika aku ingin terus kau bantu? Memayungiku? Memberiku payung?" Suara kecil gadis itu yang hampir tak terdengar karena bertabrakan dengan suara rintik hujan.

"Mwo? Bicara lah yang jelas!"

"Ani.."

Selama beberapa detik hanya kediaman yang menyelubungi keduanya. Tak ada yang memulai percakapan. Membiarkan suara rintik hujan mendominasi.

"Kau../emm.."

Mereka mengeluarkan suara secara bersamaan dan mengalihkan pandangan kearah lain.

"Kau duluan.." Ucap si gadis

"Ani.. Kau tinggal agak jauh dari sini, tapi aku sering melihatmu di caffe dekat rumahku. Kau selalu melakukan ini.."

Lelaki itu berbicara kemudian memeragakan apa yang di lakukan gadis itu. Membiarkan jarinya menari seolah memutar di bibir cangkir.

"Kau? Kau memata-matai ku ya?!" Teriak si gadis pada lelaki itu.

"Ya! Tidak, tentu saja! Untuk apa?! Kau saja mungkin yang sering datang kesana sengaja ingin melihatku barang kali." Dengan enteng si lelaki berucap dengan gaya sedikit sombong.

"Ohh iya.. Kita bahkan belum berkenalan." Lanjut lelaki itu.

"Tidak perlu!!"

"Yasudah..."

Mereka kembali diam dan sibuk berpikir. Hujan belum juga reda, dan kakak dari si gadis belum juga datang. Tapi, entah kenapa, gadis itu merasa sedikit beruntung karena keadaan yang biasanya tak menyenangkan baginya, menjadi lebih menyenangkan. Berada di samping si lelaki membuat gadis itu merasakan perasaan tenang dan aman. Bisakah itu di sebut sebagai membutuhkan?

"Tapi aku perlu tau namamu.." Seru si gadis tiba-tiba.

"Katamu tak perlu? Untuk apa? Tak akan penting untukmu."

Gadis itu membelalakkan matanya mendengar jawaban dari lelaki itu. Tangannya menyilang di dada dan ia membalikkan badannya membelakangi tubuh lelaki itu, Tak perduli lagi meski hujan lebih terasa mengenai tubuhnya.

Sebuah tangan merengkuh pinggang gadis itu dari belakang. Tangan siapa lagi kalau bukan milik lelaki itu.

"Nanti kau sakit gadis cantik.."

Mereka kembali diam dengan posisi gadis itu yang masih memelakangi tubuh lelaki itu meskipun kali ini mereka berjarak lebih dekat dari sebelumnya.

"Kau merajuk? Pada malaikat penolongmu ini? Ahh maaf.."

.

Someone POV

malaikat ya? Hahaha malaikat macam apa kau itu? Apa aku terlihat seperti orang gila sekarang ini? Sebentar terlihat murung, kemudian terlihat tersenyum lagi. Iya aku gila karenamu. Rindu yang menggila.

Hari yang itu adalah pertama kalinya perdebatan-perdebatan keluar dari mulutku untukmu. Aku rindu teriakan lucu mu. Kau.. Orang asing pertama yang begitu terasa tidak asing untukku. Berapa kali lagi aku harus bilang ini padamu? Kembalilah.. Kembali..

.

Writer POV

"Hai.. Kau tidak marah lagi kan?"

Dua hari berikutnya si gadis dan lelaki itu bertemu lagi. Gadis itu tengah memainkan kakinya di genangan air di depannya, sambil memegang payung putih bening yang melindunginya dari rintik air.

"Marah? Kenapa harus marah?"

"Sikapmu tapi menunjukkan kalau kau marah..Eh iya.. Kakak mu cantik. Jika kau tidak mau berkenalan denganku, kenalkan kakakmu saja padaku."

Mata gadis itu membulat sempurna, terkejut mendengar ucapan laki-laki di sampingnya. Wajah laki-laki itu memang tak terlihat sepenuhnya tertutup payung, tapi senyuman tipis masih bisa gadis itu liat terukir di wajah si lelaki. Bagaimana si lelaki itu tau kakaknya? di pastikan karena pertemuan mereka sebelumnya, laki-laki itu sempat melihat kakak dari si gadis sekilas saat menjemputnya.

"Ya! Tuan umbrella! Kakakku sudah punya pacar. Lagipun, dia itu seorang  yang gila bekerja." Tutur gadis itu sambil mengalihkan tubuhnya memandang si lelaki.

"Apa?! Tuan umbrella? Tuan? Wahahahhaa.. Aku tidak salah dengar? Kenapa kau memanggilku begitu? Hahaha"

"Kenapa? Apa salah? Aku terlalu bingung bagaimana cara memanggilmu. Bukankah itu lebih baik dari pada om om bodoh atau om om gila? Aku sudah baik padamu bodoh!"

Tawa lelaki itu berhenti perlahan dan memberikan senyumannya pada si gadis.

"Hmm, tidak apa..Kau tau? Itu sebenarnya terdengar mirip dengan namaku.."

"...."

.

Someone POV

Aku telah memilih melupakanmu. Tapi itu sulit. Sangat sulit. Melepas bayanganmu adalah hal yang mustahil ku lakukan. Harusnya kau kembali. Kau malaikat ku kan?

Malam ini hujan dan tak ada kau. Dingin. Gelap. Terlalu sunyi. Hanya suara hembusan nafasku sendiri dan suara gemericik air yang berlomba-lomba menapak tanah. Bibirku masih terus mengucapkan doa agar seseorang datang lagi. Siapa lagi kalau bukan kau? Tidakkah kau mau mengajakku pergi? Meraih tanganku dan membawaku bersamamu lagi? Kemanapun.. Tempat ini berubah, tapi tidak dengan perasaan ini.

Harusnya kau tidak pernah datang bila memang akan pergi kemudian. Harusnya kita tidak saling mengenal jika kau akhirnya membuatku ingin menghapusmu. Ahh aku lupa. Kita belum sepenuhnya saling mengenal. Tau nama masing-masing saja tidak. Kau... Bagaimana kabarmu?

'Why is everything so confusing'
.

Writer POV

Gadis itu tersenyum di bawah payungnya. Senyuman itu terlihat sangat terang meski langit diatasnya mendung.

"Kau nampak senang."

Suara ini lagi. Suara ini membuat si gadis lebih tersenyum. Ia menolehkan wajahnya menatap orang itu. Laki-laki yang beberapa kali ia temui belakangan ini. Selalu di bawah ritikan hujan.

"Hahaha.. Kau lagi. Hey umbrella, kau itu semacam peri hujan begitu ya? Kau selalu muncul di kala hujan dan menemuiku. Aku yakin kau adalah fans nomor 1 ku di dunia ini kan?" Gadis itu menunjuk wajah lelaki itu yang sama mentapnya.

Wajah laki-laki itu juga terlihat senang. Senyuman juga terukir jelas di sana. Tangannya mengulur, mengacak-acak rambut si gadis.

"Mungkin ,bisa jadi. Tapi kurasa, kau selalu memanggilku kan dalam hatimu? Mencariku? Untuk itulah kenapa aku datang."

Gadis itu menelan ludahnya ketika mendengar pertanyaan si lelaki. Tertangkap basah. Itu yang di rasakan si gadis. Ia jadi salah tingkah dan mengalihkan pandangannya dari si lelaki.

"Kurasa ada yang merasa panas di kala hujan.. Hahaha!! Anak kecil" tawa lelaki itu lepas ketika melihat wajah gadis di depannya memerah.

Sementara itu, gadis yang di tertawai itu membulatkan matanya. Kakinya dengan keras menginjak kaki si lelaki.

"Ya! Ya! Yaa!! Apa yang kau lakukan!! Auuch!"

"Biar tau rasa!!! Kau berani mengejekku!! Umbrella jelek!! Menyebalkan!!"

Gadis itu masih menginjak kaki si lelaki. Lelaki itu berusaha untuk menarik kakinya dari kaki si gadis. Saat kaki nya berhasil tertarik lepas dari injakan si gadis, ia terlihat senang.

"Aaaaaaa!!!!"

Dengan sigap laki-laki itu menarik tangan gadis yang baru saja tidak bisa menyeimbangkan dirinya. Tangan laki-laki itu menggenggam telapak tangan si gadis dengan erat tak membiarkan si gadis jatuh. Ia menarik gadis itu dengan kuat agar posisi tubuh si gadis itu kembali benar.

"Te-thanks.."

"....."

"Kau marah?"

"......."

"Huuuuftttt..."

Mereka hening sesaat. Lelaki itu memilih mendiamkan si gadis bukan karena marah, tapi ia sedang menikmati hujan deras itu.

"Tadi kenapa kau senang?"

Gadis itu menoleh menatap si lelaki dengan mata yang berbinar. Ia senang mengetahui lelaki itu tidak lagi marah padanya. Yah walaupun laki-laki itu memang tidak marah.

"Emm.. Sebentar lagi summer. Kau tau jelas kan kenapa aku suka summer? Iya!! Karena hujan akan jarang datang di musim depan. Musim selanjut-selanjutnya juga. Jadi aku sangat senang."

"....."

"Oiya.. Katanya hari ini juga hari terakhir hujan menurut ramalan cuaca. Is it great?! Waahh daebak! Menyenangkan sekali!!"

Laki-laki itu diam dan mengerutkan dahinya mendengar celotehan si gadis.

"Bagaimana jika selayaknya hujan,bagaimana jika ini juga terakhir kalinya aku datang untukmu?"

.

I'm waitin in the dark
I thought that you'd be here by now
There's nothing but the rain
No footsteps on the ground
I'm listening but there's no sound

Someone POV

Aku menunggumu di kegepalapan. Entah untuk apa aku menunggumu. Aku selalu berpikir kau akan datang lagi, tapi yang terus datang justru hal yang ku benci ini. Aku berharap bisa mendengar langkahmu dan melihat jejak kakimu, mendekatiku. Tapi tidak. Kau tidak disana.

Aku tidak tau kenapa kau tidak disana. Aku memberikanmu sesuatu namun seoalah kau tidak perduli. Apa yang salah? Beri aku tanda mengapa kau meninggalkanku.

Beri aku tanda apakah ini? Ini apa?! Sakit yang membekukan aku. Aku bisa melakukan apa sekarang? Aku bisa bicara apa sekarang? Aku bahkan tidak bisa pergi melupakanmu. Seolah aku telah terikat dengan tempat ini, terikat denganmu.

Aku benar benar tidak ingin yang lain. Aku meninginkanmu, waktu kita. Aku selamanya membutuhkanmu. Ini apa? Ini apa?! Kembalilah padaku dan jelaskan padaku apa ini. Aku lelah menunggumu. Tubuhku lelah menunggumu. Tapi hatiku? Memintaku terus disini, hingga kau kembali.

Tiga musim sudah ku lewati. Ku tunggu kau datang tiap hujan turun, berharap kau ada lagi tiap aku memanggil namamu dalam hatiku. Ahh salah bukan namamu. Aku bahkan belum tau namamu.

Aku pernah berpikir kau sejenis makhluk yang hanya muncul di kala hujan, Tapi kelihatannya tidak. Di musim yang lain kau tidak datang meski hujan datang. Hujan terakhir itu benar-benar menjadi yang terakhir kali pula aku
menemukanmu di sekelilingku. Apa kau marah padaku? Karena itu hingga kini aku masih menunggumu. Menunggu musim semiku. Musim yang paling banyak hujan turun. Musim yang sebelumnya tidak pernah ingin ku lalui. Tapi, kini aku menantikannya, menantikanmu. Kapan kembali?
.
.
.

"Isn't anyone tryin to find me?"

Aku membeku.

"Sudah suka hujan? Sudah berhenti menggerutu pada hujan??"

Writer POV

Gadis itu membeku tidak bergerak. Matanya menatap seseorang di depannya dengan mata merah yang menahan tangis.

"Ya! Kenapa kau di-"

Baru orang itu mau bertanya kenapa si gadis terus diam, tapi lihatlah gadis itu telah meloncat memeluknya. Memeluk lelaki itu.

"I don't know what can i do, what else can i say? Don't hurt me.. No more.. I want no other, no ther lover.. This is your life, our time. When we are together, i need you forever. What is this? Is it love? Where have you been? I- i miss you so much!!" Air mata si gadis tumpah dalam pelukan lelaki itu.

Sementara si lelaki begitu sulit mencerna perkataan gadis itu. Berusaha memahaminya. Tangan lelaki itu yang semula menggantung di tubuhnya, kini merengkuh balik tubuh gadis di hadapannya.

"I don't know who you are, but i'm, i'm with you"

Lanjut si gadis dengan mempererat pelukannya. Merasakan betapa berutungnya ia masih bisa melihat lelaki di hadapannya. Tiga musim, sembilan bulan ia lewati dengan menunggu. Di kedinginan. Berharap seseorang itu datang padanya dan membawanya. Kini, penantiannya terbayar.

"Apa kau gadis posesive? Ngomong-ngomong aku mulai sulit bernafas." Laki-laki itu akhinya bicara membuat gadis itu melepaskan pelukannya.

"Kau bilang kau malaikat? Tapi kenapa kau tidak mendengar aku berdoa memanggilmu?" Gadis itu bertanya dengan masih bercucuran air mata.

"Aku umbrellamu.. Tempat ini berubah. Tempat ini telah beratap. Kau... Tidak lagi membutuhkan payungmu." Jawab si lelaki itu.

"Bagaimana jika yang kubutuhkan bukan payungku? Bagaimana jika aku membutuhkanmu?" Tanya gadis itu lagi mengunci tatapannya pada mata lelaki di hadapannya.

"Tempat ini memang berubah. Lalu bagaimana jika aku tidak berubah? Aku selalu disini. Menunggumu. Entah untuk apa. Bisa kau beri tau aku perasaan apa ini? Setiap hari menahan dingin tapi aku bertahan. Menunggumu. Setidaknya beritahu aku kemana kau pergi!"

"Kenapa aku harus?"

"Karena ada seseorang seperti ku yang sedang menunggumu. Setiap hujan yang kulalui tidak pernah berhenti membayangkanmu. It's a damn cold night, but i, i still here. Want you take me by the hand ? Take me somewhere new!! Tidak bisakah kau melihatku dan menghargai penantianku!! I don't know who you are.. But i, i'm with you!!" Gadis itu merengkuh lengan si lelaki dan mencengramnya.

Air mata menetes deras di pipi si gadis. Sama deras dengan hujan yang bising itu. Lelaki itu menarik si gadis masuk kembali ke pelukannya. Membiarkan dadanya basah karena air mata yang tak kunjung berhenti dari si gadis. Mulutnya terbuka, bicara..

"Ini.. Cinta."

.

Someone POV

This is our time. I need you forever. And.. This is love. Aku hanya akan terus berdoa di dalam diriku, betapa aku selalu mengharapkan kehadiranmu abadi denganku. Aku berharap akan ada pertemuan berikutnya dan tidak akan ada lagi perpisahan.

Kini ku genggam tanganmu dan ku biarkan kepalaku bersandar di bahumu. Kita duduk di halte yang kini telah beratap. Iya. Kita tidak butuh payung lagi sekarang. Hatiku memanggilmu bukan untuk memayungiku lagi, tapi untuk bersamaku lagi. Setiap saat ini aku selalu merasa bahwa aku membutuhkanmu. Selamanya.

Hanya berharap agar kau tidak menyakitiku lagi. Tidak membiarkanku melakukan penantian panjang tanpa sebuah kepastian. Lagi. Bahkan sampai sekarang aku tidak tau kenapa aku menunggumu.

Mendengar dua kata yang kau ucapkan sebagai jawaban dari ocehan panjangku, membuatku merasakan perasaan yang lebih dari sekedar berbunga-bunga.

'Ini cinta..'

Aku bahkan tidak pernah membiarkan hatiku beranggapan bahwa ini cinta. Sekuat tenaga ku biarkan diri ini buta akan hal yang namanya cinta. Apa itu cinta aku tidak tau. Tapi kini kau datang dan memberiku sesuatu yang lebih dari sebuah penjelasan. Bukan lisan yang kau beri untuk membantuku mengerti. Hanya saja rengkuhan itu dan dua kata yang tidak akan berarti apa-apa bila di dengar yang lain. Tapi bagiku? Itu lebih dari sebuah pidato kemenangan, lebih dari apapun.

"Aku.. Melanjutkan studyku di LA. Itu sebabnya aku pergi. Aku tidak tau kau butuh penjelasanku atau tidak, hanya aku ingin menjelaskannya padamu. Aku harus menyiapkan semuanya saat itu. Bertemu denganmu memang terasa aneh untukku. Aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Kau tau? Aku memang benar-benar fans nomor 1 mu. Setiap hujan yang kulalui di LA juga telah membuatku banyak ingat padamu. Tapi.. Saat musim ini berakhir aku harus kembali ke sana. Aku.. Ingin membawamu"

.

Writer POV

Gadis itu tertegun dan mengangkat kepalanya dari bahu si lelaki. Ia bingung ingin menjawab permintaan lelaki yang baru saja ia miliki. Ia bingung antara memilih ikut atau tetap disini dan mengulang penantian panjang itu, lagi.

"Ta-tapi aku..kau.. Apalagi kau laki-laki.. Ke LA? Denganmu? Aku.. Bingung.."

"Hmmh.. Apa yang kau bingungkan? Memang apa salahnya jika aku begini? Kau juga bisa melanjutkan sekolahmu disana. Bukankah kau akan lulus sekolah sebentar lagi?"

"......"

"Ayolah.. Jung soojung."

"!!!!"

Soojung POV

Dia.. Dia mengetahui namaku. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?

"Kau tau namaku?" Ku biarkan mulut ini mengeluarkan suara untuk bertanya.

"Hmm ini." Jawabnya sambil menunjuk buku yang ku pegang.

Ahh benar. Ini buku ku dan disana tertera namaku. Orang yang pandai. Aku masih merasa bingung dengan tawaran yang ia berikan. Aku? Ke LA? Hanya dengannya? Apa itu tidak gila? Bagaimana dengan eonniku?

"Kemarikan bukumu."

Ia mengambil buku yang ku peluk ini. Membuka bagian belakangnya dan mengambil sebuah pena dari saku jaketnya. Apa dia selalu membawa pena di sakunya? Kebiasaan yang tak ingin ku lewatkan. Ahh aku bisa gila hanya karena ingin lebih mengenalmu.

"Kita akan bertemu lagi.. Di hujan berikutnya." Ia bangun dan mengecup keningku.

Ia berjalan melangkah pergi ke arah yang pasti akan membawa nya menuju rumah. Ku pegang keningku merasakan kehangatan. Merasakan sengatan listrik yang lebih dan lebih. Soojung ah.. Berhentilah seperti ini. Kau nampak bodoh!

Tunggu! Tulisan apa yang ia tulis di buku ku ini? Ahhh namanya!! Aku bahkan tak bertanya siapa namanya. Lelaki itu membuatku gila hanya karena berteriak pada diriku sendiri. Tanganku mulai bergerak membuka lembar terakhir dimana ku pastikan tulisan lelaki itu berada.

'Jangan pulang terlalu larut. Aku tidak akan pergi kecuali membawamu. Jika kau masih bertanya ini apa, ini lebih dari sekedar saling membutuhkan. Ini cinta... Oiya soojung.. Namaku.. Amber J Liu dan aku seorang perempuan.'
.
.
.
.
"Apalagii ini?!!!!!"

END


Sabtu, 19 Maret 2016

School life - after school

School life - after school

Author POV

Seohyun kembali ke kelasnya sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Choggiyo.." Seru seohyun sebelum masuk ke dalam kelasnya. Dia lihat sudah ada guru sastra korea disana. "Dari mana saja anda nona seo joohyun? Anda sudah melewatkan satu jam pelajaran saya dan kudengar kau sudah pergi sejak jam istirahat? Artinya kau sudah melewatkan 1 jam pelajaran sebelumnya juga? Dari mana saja kau?"  Begitu masuk bukannya di persilahkan duduk seohyun justu di beri rentetan pertanyaan dari gurunya.

"Emm, maaf songsaemnim- emm saya.. Saya.."

'Tringg~ tring~'

Jawaban seohyun yang belum selesai terselamatkan oleh nada dering dari handphone milik guru seohyun itu.

"Yeobosseyo?"
"Eoh? Emm ne sajangnim"
"Ne"
"Anyeonghasemnika"

Guru itu menutup teleponnya dan memandang seohyun sebentar. "Duduklah."
Perkataan guru seohyun itu membuat seisi kelas terkejut termasuk seohyun. Seorang guru semenakutkan song jihyo memperbolehkan seohyun duduk begitu saja tanpa memperpanjang masalahnya.

"Ya! Kau dari mana saja seohyun? Nasib baik ibu song tidak memakan mu hidup hidup. Lalu, Yoona sunbae berbuat apa padamu?"

"Jiyeon, gwenchana, dia hanya- emm dia hanya memintaku menemaninya ke- ke perpustakaan." Jawab seohyun pada si pemberi pertanyaan yaitu jiyeon.

"Dia itu super playgirl, Seojoohyun. Ku dengar dia sering bergonta ganti pasangan. Ku dengar tak tanggung tanggung, pertemuan awal pun bisa saja dia mengajak mangsanya untuk melakukan itu." Jelas jiyeon membuat seohyun sedikit gerah.

"Aku tahu jiyeon-ah, gwenchana. Jangan khawatirkan aku." Jawab seohyun kemudian mencoba fokus pada pelajarannya.

"Terserah kau saja seohyun, yang penting aku sudah memperingatkanmu."

--------///-----///--------

'RINGGG~'

Bel pulang sekolah berbunyi menandakan berakhirnya jam belajar hari ini. "Seohyun? Mau pulang bersama?" Tanya jiyeon pada temannya itu.

"Emm.. Ani jiyeon-ah, ak-aku pulang sendiri saja. Masih ada yang.. Harus ku selesaikan." Jawab seohyun dan membuat jiyeon menggedikkan bahunya lalu kemudian pergi.

Kini tinggal seohyun sendiri di ruang kelasnya setelah temannya yang piket baru saja selesai melaksanakan tugasnya.

"Hyunnie kajja." Kata seseorang dari pintu membuat seohyun mendongakkan wajahnya dari sebelumnya mengerjakan sesuatu di bukunya.

"Emm." Jawab seohyun singkat kemudian mengemasi barang barang nya untuk di masukkan kedalam tas.

Di koridor yoona menggenggam tangan seohyun berjalan menuju ke parkiran dimana mobilnya berada.

"Masuklah.." Kata yoona setelah membukakan pintu untuk seohyun. "Gomawo" jawab seohyun dengan nada gugup.

Setelah yoona masuk kedalam mobilnya bukannya langsung menjalankan mobilnya untuk pulang. Yoona justru berdiam di dalam mobilnya membiarkan keheningan menyelubungi mobil yang menaunginya dan seohyun.

"Hyunnie, kaca mobil ini dari luar gelap loh?!" Kata yoona mulai meraba paha seohyun dan menyelusupkan tangannya ke selangkangan seohyun. "Emmh-"

Yoona kemudian pindah dari tempat duduk kemudi naik ke atas tubuh seohyun yang ada di sampingnya. Yoona menurunkan jok yang diduduki seohyun dan mencium bibirnya penuh hasrat. Dengan lebih berani, kini yoona meminta lidahnya masuk kedalam mulut seohyun. Mau tidak mau seohyun membiarkan yoona mengabsen seluruh bagian dalam rongga mulutnya dengan lidah yoona.

"Eungh~" lenguh seohyun saat beradu lidah dengan yoona. "Mwahhh~" hela mereka berdua saat melepaskan ciuman panjang dan bergairah itu.

Yoona melepaskan kancing seragam seohyun satu persatu. Lalu dengan cepat melepaskan bra seohyun dari bulatan besar yang dia punya.

Dengan sedikit terburu buru yoona pun menurunkan celana dalam seohyun. Yoona membenamkan wajahnya di gundukan besar seohyun itu dan mengisap nipple nya. "Eunghh~" lenguh seohyun tertahan sambil mencengkram sisi kanan dan kiri tempat duduknya. Tangan yoona mengelus perlahan missV seohyun. "Eooh~nih"

Mulut yoona masih terus bergantian mengisap nipple seohyun kanan dan kiri. Dengan tiba-tiba yoona memasukkan 2 jarinya kedalam lubang seohyun. "Aakh-" pekik seohyun dan mencengram bahu yoona. "Eonni emm lepas." Dengan sekuat tenaga seohyun mendorong yoona agar melepaskan semua tautannya ditubuh seohyun.

Berhasil melepas, seohyun dengan cepat memakai kembali celananya dan membenahi atasannya. "Waeyo hyunnie?" Tanya yoona kebingungan.

Tanpa menjawab seohyun membuka pintu mobil yoona dan keluar dari sana.    Begitu terkejut dengan tingkah seohyun, yoona kemudian lansung mengejarnya.

"Hyunnie!! Ya! Hyunnie!" Teriak yoona pada seohyun yang masih saja berlari kecil meninggalkan yoona di belakangnya.

"Hyunnie! Wae?!!" teriak yoona lagi pada seohyun yang berhasil dia tarik. Seohyun hanya diam saja dan memalingkan wajahnya dari yoona.

"Jawab seo joohyun!" Bentak yoona sambil mencengkram kedua lengan atas seohyun.

"Shh- appo eonni!" Pekik seohyun dengan nada tinggi berusaha melepaskan cengkraman tangan yoona.

"Wae?!! Kenapa kau pergi begitu?!" Tanya yoona lagi masih dengan nada tinggi.

"Kau- kau lancang! Lepaskan aku eonni! Ak- aku tak ingin berurusan denganmu lagi!" Ujar seohyun dengan lantang.

"Dengarkan aku! Kau! Sudah terlanjur masuk dalam hidup seorang im yoona! Dengan cara apapun, kau akan selalu menjadi milikku!" Balas yoona tak kalah lantangnya.

"Ada hak apa eonni bisa melakukan itu?! Kau pikir kau siapa sunbae!" Teriak seohyun di depan wajah yoona. Sementara yoona yang mendengar seohyun memanggilnya bukan lagi dengan sapaan eonni makin mencengkram bahunya.

"Appoyo!!!" Teriak yoona dan menghentakkan tangan yoona dengan sekuat tenaga sehingga cengkraman yoona berhasil lepas. Seohyun langsung berlari kembali meninggalkan yoona.

"SEO JOOHYUN!! Aku tahu bagaimana keluargamu!!! Berhenti!!!! Kembali atau ku buat hidupmu berantakan!!" Teriak yoona dengan sangat kencang membuat seohyun menghentikan langkahnya.

Yoona dengan perlahan mendekati seohyun yang berdiri tak terlalu jauh darinya.

"Kau, hanya seorang anak yang hidup dengan pas pasan, ayahmu menikah lagi dengan perempuan yang umurnya lebih tua tak jauh beda dari mu, dan ayahmu memilih tinggal bersama istri mudanya dan meninggalkan eomma mu dan kau tanpa status yang jelas. Tak pernah menafkahi dan menghidupimu dengan layak. Aku tau semua itu seojoohyun. Jika kau tak bisa mendengarkanku, akan ku buat bagaimanapun caranya agar kau mau mendengarkanku. Bahkan dengan menghancurkan hidupmu pun sangat mudah dapat aku lakukan. Ingat ini seohyun aku adalah im yoona." Ujar yoona tepat didepan wajah seohyun dengan lembut namun dengan penuh penekanan.

'Tes' setitik air mata seohyun jatuh di antara tubuhnya dan tubuh yoona yang berhimpitan. Bingung, itulah yang dirasakan seohyun. Ia mulai takut dengan kelakuan yoona yang mulai lewat batas. Seohyun tak ingin apapun masuk kedalam pintu dari segala yang seohyun punya dan seohyun jaga. Seohyun juga tak ingin hartanya itu di renggut begitu saja darinya.

Namun di satu sisi, seohyun lebih bingung dengan perkataan yoona yang tepat dan menohok dirinya. Dengan ancaman yang yoona berikan sukses membuat seohyun meneteskan air matanya.

"Jika kau tak menurut, bagaimana jika aku akan beritahu appaku untuk mengeluarkanmu dari sekolah? Dengan begitu eomma mu yang susah payah menyekolahkanmu akan amat sedih? Dan ka-"

"Baiklah! Aku akan mengikuti semua perkataanmu, perbuatanmu apapun itu. Tapi kumohon, beri aku waktu."  Kata seohyun memotong ucapan yoona.

"Waktu? Untuk apa?" Tanya yoona bingung. "Ak-aku belum siap untuk kau masuki seperti tadi. Aku hanya takut. Kumohon eonni." Ucap seohyun dengan menundukkan kepalanya.

"Hanya itu? Apa itu yang membuatmu pergi tadi? Mudah saja. Asal kau menurutiku mulai dari sekarang. Entahlah hyunnie, baru kali ini aku begitu menginginkan seseorang hingga seperti ini."

'chue~'

Kecup yoona di kening seohyun sekilas  setelah mengeluarkan pengakuan tentang apa yang ada dalam hatinya.

"Kajja pulang!" Ajak yoona dan menarik tangan seohyun menuju kembali ke mobilnya.

"Alamat rumahmu?" Tanya yoona saat mereka sudah berada di mobilnya. "Jalan saja eonni. Akan kutunjukkan jalannya."

>>>>>>>>


Jumat, 18 Maret 2016

School life - flashback

School life - flashback

"Aaaaaaaaahhhh~" setelah menghantarkan yeoja ini kepuncaknya aku menyuruhnya pergi meninggalkanku sendiri di ruang ganti ini.

Aku mulai mengancingkan baju ku yang di buka paksa olehnya. Main main, mana ada orang yang melihat tubuhku sebelumnya, ini malah di buka oleh yeoja yang tak begitu cantik seperti dia.

'Cklek'

Ku dengar ada suara pintu terbuka. Ah benar, bila yeoja itu pergi tentu saja pasti kuncinya akan dibuka. Siapa kira kira yang datang?

"Eoh? Gelap sekali? Kemana yang lain?" Kata seseorang yang kudengar adalah seorang wanita.

Ku lihat ia sedang membuka satu persatu kancing baju seragamnya. Tanpa dia sadari. Ada aku yang berada di sisi gelap ruangan ini tengah tersenyum miring memperhatikannya. 'Dia mainan baru im yoona' kata ku dalam hati.

"Apa kau butuh bantuan nona?" Yeoja itu terkejut mendapati seorang wanita kini berada di hadapannya.

Kemejanya yang tinggal di tanggalkan itu kemudian berusaha ia kancingkan kembali. Mungkin dia sudah tau aku kalau aku suka memainkan wanita. "Eittss! Kenapa? Kau mau berganti baju kan?" Aku mendekatinya dan menghentikan tangannya dengan tangan kananku. Sementara itu, tangan kiriku berusaha menanggalkan seragamnya.

"Biar ku bantu melepaskan bajumu." Kataku dengan lembut mencoba mendekatkan tubuhnya dengan tubuhku. "Ss-sunbae." Jemarinya mencengkram bahuku dan menahanku untuk dapat menggapai tengkuk kanannya.

"Hmm? Suara mu indah? Bagaimana ya kalau lenguhanmu, mungkinkah lebih indah?" Kataku menggodanya dan menghembuskan nafasku di sekitar telinga dan tengkuknya.

Kini aku mulai merasakan dia yang mulai memberontak dan berusaha mendorongku. Namun tentu saja tidak mudah untuk mengalahkan seorang him yoona.

"Lepaskan! Sunbae!! Emmmh~" untuk membungkam mulut lebarnya itu ku cium bibirnya saja. See? Lenguhannya indah , seindah suaranya.

Kemejanya yang setengah terbuka itu mulai ku turunkan perlahan sambil melirik kulihat name tagnya tanpa melepaskan ciumanku dan rengkuhanku untuk menahannya tetap tenang. 'Seo joo hyun'

Tangannya ini sepertinya suka sekali mencengkram bahu ku, bisa merah merah nanti begini caranya. Sepertinya dia mulai kehabisan nafas akibat ciumanku.

"Emmh ahh" helanya saat berhasil terlepas dari ciumanku ini.

"Kau cantik.. Hyunnie.." Kulihat dia sedikit terkejut mengetahui bahwa aku sudah tau namanya. "Bolehkan ku panggil begitu?" Tanyaku sambil meremas dada kirinya agak kencang. "Akkh~" pekiknya. Rasanya tak ingin memalingkan mataku dari wanita berwajah secantik dirinya.

"Pertanyaan itu harusnya di jawab, hyunnie.." Aku kembali meremas dada kirinya kali ini sambil menghembuskan nafasku di lehernya.

"Emmhh~" lenguhan itu, rasanya membuatku menginginkan lebih dari ini.

"Ehem?? Apakah itu artinya iya? Baiklah.." Kataku kemudian mencium lagi bibirnya secara lembut. Hmm pasif sekali yeoja ini tak bisa membalas. Dengan perlahan ku bawa ia ke matras yang tadi ku pakai dengan yeoja sebelumnya.

'Buk'

Ku jatuhkan tubuh kami berdua ke atas matras, dengan posisi aku yang menindihnya. Jangan bertanya kenapa sampai ada matras, ini bukan pertama kalinya aku menggunakan ruangan ini untuk menikmati mangsa, makanya aku menyuruh petugas sekolah menaruhnya di ruang ini. Toh, ruang ini kan ruang ganti olahraga, jadi tak akan terlalu mencurigakan. Apa yang tidak bisa dilakukan seorang im yoona? Hmh.

Dengan masih menautkan bibir kami berdua, tanganku dengan lihai menyelusup ke bagian punggung seohyun untuk mencari pengait branya.

'tek'

Setelah pengaitnya terlepas, langsung saja ku tarik bra nya dan terpampanglah keindahan yang sangat indah. Nipple nya pink im yoona!!!! :o Astaga, harta terindah yang pernah kupunya. Ya! Dia milikku. Harus menjadi milikku.

Penampilannya yang acak acakkan membuatku tak tahan. Dengan seragam yang masih menggantung di lengannya, dua buah dada yang menantang, nipple pink yang seolah berkilau, serta rok yang sedikit tersikap. Mimpi apa aku semalam? Dapat mainan limited edition begini.

Karena sudah sangat tak tahan aku lansung membenamkan wajahku di antara kedua buah dadanya. "Emmh~" kudengar ia sedikit menahan desahannya saat tanganku meremas kedua dadany sambil menyesap nya.

"Akh- em" dia menutupi mulutnya agar tak mengeluarkan suara apapun saat mulutku kini meraup salah satu nipplenya. "Don't hold it hyunnie"

Padahal aku penasaran dengan yang lebih dari sekedar lenguhan, tapi dia malah menahan desahan. Sayang sekali seojoohyun.

Sementara nipple nya yang sebelah sedang ku kulum, tanganku memilin nipple yang lain. "Aahh~ sunbae.. Mhhh"

Whahahahha im yoona kau berhasil, bahkan dia menyebut sunbae~ wakakak.

Tanganku yang menganggur ku arahkan untuk lebih menyikap roknya dan mulai mengelus missV nya dari luar celana dalamnya yang sudah basah. Sepertinya tak ada penolakkan

"Mhhh~ ahh haah~" desahannya indah sekali, lembut dan lemah. Bisakah aku bermain dengannya lagi setelah ini? Tanganku menggelitik bibis missV nya. Sementara mulutku belum berhenti mengulum nipple nya bergantian kanan dan kiri.

Tangannya ku kalungkan ke leherku, dan berefek semakin menempelnya tubuh kami satu sama lain dengan erat.  Tanganku masih setia mengelus missV nya dan kini ku beralih untuk mencium lehernya yang jenjang.

Harum. Satu kata untuk mendeskripsikan lekukan indah lehenya. Tangan kananku ku gunakan untuk meremas kedua dadanya bergantian, dan tangan kiriku ku gunakan untuk mengelus missV nya keatas ke bawah dengan sensual.

"Akkhhh~ emmh~ eungh~ ahh"

Desahan nya memenuhi ruangan ini, cengkramannya pada punggungku merupakan sinyal yang ku tau bahwa ia akan mencapai puncaknya sebentar lagi. Untuk menggodanya lebih aku menjilat daun telinganya kembali dan mengemutnya. Reaksinya adalah tubuhnya menggelinjang karena kegelian.

"Emmh sunbaeeh ~ eoohh~" yes yoona, dia menyebut nya lagi. "Yoona sunbaee~ ammh~ aaaaaaaaaaaaaah~" okeeey. Dia tau namaku wahahah. Dan kurasakan celananya basah kuyup akibat cairannya yang keluar. Peluh membasahi tubuh atasnya yang tebuka setengah.

Dengan mata sayu dia menatapku dan ku cium bibirnya lembut dengan perasaan. "Be my doll?" Tanyaku tanpa jawaban darinya. "Kuanggap kau mau."

Aku turun ke bawah tubuhnya dan menarik celana dalamnya lepas. "Ss-s- sunbae? Apa yang kau lakukan?" Pahanya ia apitkan untuk menutupi missV nya sehingga tak sempat ku lihat pemandangan indah itu.

"Celanamu basah. Oh iya panggil saja eonni biar lebih hormat kalau tak mau memanggilku yoona atau yoong." Kataku kemudian menurunkan roknya untuk menutupi bagian bawahnya yang telanjang itu.

Aku berbalik membelakanginya. Aku lepaskan celana dalamku dan memasangkannya untuknya. "Ken-kenapa eonni ? In-ini maksudnya apa?" Tanyanya kebingungan melihat aku yang mulai memasangkan celana dalamku ke tubuhnya.

"Celana dalammu basah. Kau tak mau kembali kekelas dengan celana basah itu kan?" Ujarku kemudian ku lebarkan pahanya perlahan. "Eon-eonni?" Kulihat wajahnya sedikit memerah dan dia memejamkan matanya.

Ku alihkan pandanganku dari wajahnya menuju segitiga surga yang dia punya. Indah, sangat indah, lebih indah dari milik siapapun. Mungkin dia akan jadi mainan permanent ku. "Indah sekali." Kataku dan menyentuhnya sebentar. "Emmh~" lenguhnya tertahan saat tangan dinginku menyentuh bibir missV nya secara langsung. Belum tepat waktunya.

Kunaikkan celana dalamku agar terpakai sempurna di pinggul nya. Kemudian ku bangunkan dari posisi tertidurnya menjadi duduk. Kupakaikan branya pelan pelan sambil menciumi lehernya. Badannya terasa sangat lemah sehingga harus ku rengkuh dengan sedikit erat. Setelah itu, ku kancingkan baju seragamnya dan merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Gomawo." Kataku kemudian memakai celana dalamnya yang basah itu. "Emmh." Uwaaww, sensasi hangat dan dingin dari celana dalamnya ini.

"Eonni? Ak-aku harus kembali ke kelas." Kata seohyun yang sudah berdiri di belakangku.

"Eoh? Iya, dan kau tenang saja, jam olahraga yang lewat tadi itu, tak akan bermasalah di absensimu. Pergilah." Ujar ku kemudian dengan sedikit ragu seohyun melangkah melewatiku ke pintu.

"Eoh, chankkaman hyunnie" aku menarik tangannya dan merengkuh pinggangnya. Ku cium bibirnya lembut dan dia membalas sedikit membuat ku tersenyum dalam ciuman ini.

Setelah beberapa saat akhirnya ku lepaskan ciuman yang memabukkan ini. "Just ready whenever i call you"

Selepas itu ku biarkan seohyun pergi dari ruang ganti ini. "Mudah sekali bagimu im yoona untuk menggaet banyak wanita."

>>>>>>

School life - what kind of relationship we are?

Author POV

"SUNBAE!! Yoona sunbae!!!" Teriakan semacam itu hampir setiap hari di dengar oleh wanita berparas cantik yang sedang berjalan di koridor sekolahnya.

Im yoona memasuki sebuah kelas dan menghampiri seorang yeoja dan menarik tangannya begitu saja. "Eo-eonni?!" Kejut yeoja itu.

"Wahh lihat, yoona sunbae menarik tangan seohyun." Teriak fans fans yoona melihat nya menarik tangan yeoja di sampingnya yaitu seohyun.

"Ada apa dengan mereka?"

"Apa mereka berpacaran?!"

"Beruntung sekali seohyun?!!"

"Mereka mau kemana?!"

Para fans yoona itu masih berisik dan berkomat kamit tidak jelas, bahkan ada yang berjalan mengikuti yoona dan seohyun di belakang.

"Stop! Maaf ini privasi, bisakah kalian pergi dan tidak mengikutiku?"  Yoona berbalik dan berkata demikian kepada orang orang yang mengikutinya. Dengan wajah terpaksa orang orang itupun pergi meninggalkan yoona dan seohyun. Yoona kembali menarik tangan seohyun menuju ke ruang perawatan.

"Kau sudah mengosongkan tempat ini songsaenim?" Tanya yoona pada penjaga ruangan itu. Bagi anak dari pemilik sekolah ini sekaligus pengalir dana terbesar untuk keberlangsungan yang ada di sekolah, mudah bagi yoona untuk memerintahkan hal hal demikian kepada penghuni sekolahan ini.

"Sudah, tidak ada lagi pasien." Jawab perawat itu dan langsung pergi dari ruangan tanpa disuruh utuk meninggalkan yoona dan seohyun.

Sepeninggalan perawat itu, yoona menuju ke pintu dan menguncinya lalu kembali lagi mendekati seohyun yang tengah menunduk. "Say my name like yesterday hyunnie." Kata yoona dan mencium leher seohyun perlahan. "Mmhh.." Berusaha menahan desahannya seohyun mencengkram bahu yoona.

Ini bukan hal yang biasa mereka lakukan, baru 3 kali tepatnya mereka melakukan ini dan ini bermula dari sebuah ketidaksengajaan.

"Eohh- eonni.." Pekik seohyun saat tangan yoona mulai jahil dan menelusup kedalam rok seragamnya .Yoona melakukan itu dalam posisi mereka yang masih berdiri dan mencium bibir seohyun dalam, melumatnya seolah olah barang itu hanya miliknya. Merasa sedikit lelah, yoona mendorong seohyun dan membawanya ke bed rawat yang ada di ruangan itu.

"Em-" lagi lagi seohyun dibuat memekik karena yoona. Diatas kasur yoona mulai meremas dada seohyun lumayan keras. Tak puas hanya melakukannya dari balik seragam. Yoona membuka almamater yang dikenakan seohyun dan membuka sekaligus baju seragamnya. Kini terpampanglah dua buah gundukan besar dan indah di depan mata yoona yang masih terbungkus bra hitam.

Yoona mencium bibir seohyun kembali, sambil mengelus perut rata seohyun yang tak berlapis pakaian lagi. "Mmhh" desahan tertahan ciuman keluar dari mulut seohyun. "Emhh ahh" seohyun mendorong bahu yoona karena merasa kehabisan nafas. "Eohhnni" yoona menurunkan ciumannya ke leher seohyun sambil tangannya yang berusaha melepas pengait bra seohyun. 'Tek' senyum miring keluar di wajah yoona merasa puas bra seohyun telah terlepas. Ia menariknya dan langsung memijat payudara seohyun berirama. "Aahh~" desahan seohyun keluar saat yoona meletakkan mulutnya dan mengemut nipple kiri seohyun.

Tangannya memainkan payudara lainnya yang tidak boleh menganggur itu. "Aaammh" seohyun mengeluarkan desahannya terus menerus merasakan nikmat dari servise yang diberikan yoona. Belum sampai disana. Tangan yoona mulai menyikap rok seohyun dan mengelus miss v seohyun dari luar underware nya. "Yaass! Aah~ emmh~" Yoona mempercepat elusannya di kemaluan seohyun membuat seohyun merasa dimabuk kepayang dan terus mengeluarkan desahan indahnya.

Bosan dengan bua buah dada seohyun, yoona mulai menurunkan ciumannya. Ia mencium paha seohyun secara eksotis tanpa menghentikan elusan tangannya. "eonni..akhhakuuh" mengerti maksud seohyun yoona mempercepat lagi elusan tangannya itu seolah menggelitik bibir missV seohyun untuk segera ejakulasi.

"Aakuuuhh.." Desahan seohyun tak tertahankan, ia meremas sprei kasur perawatan itu. "Say my name hyunnie.. Say my name."

"Emmhh~ eonni.. Ahhh.. Yoona eonnIiii aahhhhhhhhaaahh" desahan panjang itu menghantarkan seohyun menuju titik ternikmat dalam hidupnya. Celana dalamnya yang telah basah makin basah akibat cairan cintanya yang keluar deras akibat perbuatan yoona.

Merasa puas dan bangga yoona mencium bibir seohyun lembut. Setelah melepas ciumannya itu yoona menatap bibir merah cherry seohyun yang sedikit membengkak akibat kecapan bibirnya. "This is mine. Just mine hyunnie." Katanya dan mengecup bibir seohyun lagi sekilas.

Seohyun POV

Sudah ketiga kalinya kami melakukan ini, entahlah aku merasa menyesal jika mengingat ketidaksengajaan yang kulakukan beberapa hari yang lalu. Walaupun, jujur kuakui ini nikmat sehingga tak bisa ku akhiri begitu saja.

Flashback on

<author POV>

Seohyun yang baru dipanggil guru kesenian ke kantor, saat kembali ke kelas tidak menemukan satupun temannya. "Haishh, aku ditinggal lagi." Sambil menggerutu ia ke tempat duduknya dan mengambil pakaian olahraganya. "Padahal kan aku sudah meminta jiyeon menungguku. Apasusahnya menunggu??!" Dengan terus menggerutu seohyun berjalan menuju ruang ganti.

"Eoh? Gelap sekali? Kemana yang lain?" Kata seohyun sesampainya di depan ruang ganti itu. Namun, ada yang membuat seohyun heran. Dimana teman temannya? Ruangan itu justru terlihat sepi. "Mungkin mereka sudah selesai dan langsung ke lapangan."

Seohyun masuk kedalam ruang ganti itu dan membuka satu persatu kancing baju seragamnya. Tanpa dia sadari. Ada seseorang yang berada di sisi gelap ruangan itu tengah tersenyum miring memperhatikannya. 'Dia mainan baru im yoona' kata orang itu dalam hati yang ternyata adalah yoona.

"Apa kau butuh bantuan nona?" Seohyun terkejut mendapati seorang wanita yang dia dengar suka bergonta ganti wanita itu kini berada di hadapannya.

Kemeja seohyun yang tinggal di tanggalkan itu kemudian berusaha seohyun kancingkan kembali. "Eittss! Kenapa? Kau mau berganti baju kan?" Yoona mendekati seohyun dan menghentikan tangan seohyun dengan tangan kanannya. Sementara itu, tangan kirinya berusaha menanggalkan seragam seohyun.

"Biar ku bantu melepaskan bajumu." Kata yoona kemudian mulai mencumbui seohyun. Akibatnya seohyun justru tidak bisa mengikuti pelajaran olahraga. Tapi malah berpeluh di ruang ganti akibat kelakuan im yoona. 2 hari setelah itu, yoona kembali melakukannya di belakang sekolah saat semua murid dan guru telah meninggalkan sekolah ini.

Seohyun telah dibutakan rasa nikmat yang luar biasa. Lagipun tak ada ruginya, melakukan itu dengan yoona pun tak akan bermasalah bagi masa depannya. Toh seberapa kali pun mereka berbuat, tak akan membuka keperawanan yang masih seohyun jaga.  Maka dari itu dia tak pernah menolaknya.

Flashback off

<Backto> Seohyun POV

Yoona eonni masih senantiasa mencium bibirku. Yang tadinya lembut kini mulai kasar dan makin bernafsu, tangannya lagi lagi mengelus missV ku. Entah berapa lama ia akan mengakhiri ini.

Author POV

Yoona masih terus mencium bibir Seohyun, makin dalam dan dalam. "Emmh.." Seohyun berusaha mendorong yoona karena merasa kehabisan nafas.

Setelah ciuman itu terlepas, bukannya berhenti yoona justru menurunkan ciumannya ke puncak payudara seohyun dan mengulumnya.

"Eemmhh~ eonnii-" lenguhan seohyun mulai keluar seiring dengan kuluman yoona yang makin membuatnya bergairah.

Tangan yoona tak tinggal diam. Dia mulai menurunkan celana dalam seohyun. Ciumannya turun menuju ke pangkal paha milik seohyun. "Aahhm~" desahan seohyun makin keluar saat lidah yoona mulai menjilati bibir missV nya. Sejak beberapa kali hal seperti ini terjadi, ini pertama kalinya bagi seohyun bagian terpentingnya tersentuh oleh benda hidup sedingin itu.

"Eooh~ eonniihh~ gelih stoph engh~" racauan seohyun tak di perdulikan oleh yoona yang justru malah menggerakkan lidah nya lebih sensual guna menggoda seohyun dan memancingnya untuk orgasme lagi.

Seohyun mencengkram sprei di sampingnya merasa ngilu saat yoona menghisap dan mengecap bibir missV nya. "Eahh~ ahhm" desahannya tak berhenti keluar. "Akkh~ ehh ehh~ eonni~ akuuuh~" seohyun menghimpit pahanya merasakan akan ada yang keluar lagi dari sana. Yoona tersenyum miring, terbesit niat jahil darinya. Saat akan mencapai puncak, yoona menghentikan kecapan dan jilatannya di missV seohyun membuat seohyun heran dan tersiksa. "Mwohndeh?" Kata seohyun berat merasa tak puas.

Yoona mencium bibir seohyun dalam. "Emmh~" Tangannya meremas kedua buah dada seohyun kencang. "Memohon lah seohyun.." Kata yoona setelah melepaskan ciumannya di bibir seohyun. Kini sambil meremas kedua buah dada seohyun, yoona mencium, menjilat dan menyesap leher seohyun meninggalkan bekas keunguan di setiap kecapannya.

"Emmh~" tangan yoona mulai mengelus missV seohyun lagi dengan lembut membuat apa yang ada di dalam diri seohyun seperti di tarik-ulur.

"Ahh~ yoona eonni~ emmh- please~.." Merasa tak kuat seohyun akhirnya meruntuhkan sendiri segala bentuk malu yang ada. Yang penting tak ada lagi yang mengganjal di hati dan di perutnya yang seolah terkocok tak jelas.

"Say it again hyunnie.." Titah yoona sambil menjilati daun telinga seohyun. "Please~ please eonnih~ eunggh~" dengan sontak yoona membalikkan tubuh seohyun dan memposisikan seohyun untuk menungging.

Yoona kembali menjilati missV seohyun dari belakang. Menghisapnya seolah akan ada sari yang ia dapat. "Emmh ahh~" yoona kembali membalikkan badan seohyun agar terlentang, melebarkan selangkangan seohyun, dan melancarkan lidahnya bermain di daerah milik seohyun. Tangannya meremas kedua payudara sintal seohyun agar makin membuat seohyun bergairah. "Em ahh~ say my name hyunnie!!"

"Yoona eonni~ emmhh~ eungh~ yoona ahh~ aaaaaaaaaaahhh~" hingga akhirnya cairan milik seohyun muncrat ke wajah yoona membuat yoona senang dan puas.

"Eonni~ emmh cukuphh akuh~ akuhh lelah eonni~ eungh~" racau seohyun manakala yoona masih menjilati missV seohyun guna membersihkan cairan yang mengotori daerahnya.

"Emhh- wahh gomawo hyunnie"
'Chup'   Kata yoona yang kemudian mengecup bibir seohyun.

Yoona membiarkan seohyun memejamkan matanya sembari bersandar di dada yoona. Sedikit tak adil tiap yoona melakukannya tak pernah sekalipun yoona membuka pakaiannya sedikitpun. Bukannya membiarkan seohyun beristirahat, tangan yoona masih saja menggerayangi tubuh bagian atas seohyun memilin kecil nipple seohyun.

Yoona menangkupkan pipi seohyun dan mencium bibirnya. Mengecupnya berkali kali dan mulai mengulumnya lembut. Tak lupa tangannya masih terus senantiasa meremas dada seohyun dan memilin nipple nya.

"Emmh~ ahh" seohyun berhasil melepaskan ciuman yoona dari bibirnya. "Eonni.. Bolehkah aku emh bertanya?" Tanya seohyun susah payah menahan desahan akibat tangan yoona yang belum berhenti juga.

"Tentu." Jawab yoona singkat dan mulai menciumi tengkuk seohyun. "Emmh , hubungan seperti apa yang kita jalani ini? Eunggh~" seohyun mencengkram bahu yoona saat yoona justru mengecap tengkuknya kencang.

"My sex partner" ucap yoona dengan suara beratnya, kemudian melepaskan tangannya dari dada seohyun dan memakaikan pakaian seohyun satu persatu.

Yoona memakaikan bra seohyun dengan lembut. "You are mine." Kemudian memakaikan celana dalamnya. "You are mine." Terus berlanjut memakaikan seragamnya satu persatu sambil mengucapkan kalimat itu, "you are mine"

Setelah seragam seohyun terpakai semua, yoona membantunya berdiri dan merengkuh pinggang seohyun untuk kembali mencium bibirnya. Sedikit lama mereka berciuman, sebagai ucapan selamat tinggal dan sampai jumpa lagi.

"Apakah sudah jelas?" Tanya yoona pada seohyun yang menunduk sambil masih terengah karena hampir kehabisan nafas.

"Emm." Jawab seohyun singkat.

'Pesona seperti inikah yang di maksud orang orang hingga kita bahkan tak bisa menolaknya.' Kata seohyun dalam hati.

"Kajja." Kata yoona kemudian menarik tangan seohyun untuk keluar dari ruang rawat ini.

"Pulang sekolah nanti kita pulang bersama." Kata yoona yang membuat seohyun menelan salivanya sendiri. Hal seperti apalagi yang akan yoona lakukan, seohyun tau jelas bahwa yoona ingin melakukan hal seperti tadi lagi.

"Em n-ne."


>>>>>>

Rabu, 13 Januari 2016

Happy birthday hyunnie..

Suasana dorm snsd itu masih ramai meskipun hari sudah terlampau larut. Yoona mengaku pada kekasihnya ,seohyun, tidak pulang kerumah malam ini karena ada suatu pekerjaan, namun sebenarnya ia tengah berada di dorm snsd untuk berkonsultasi.

"Eotthoke eonni?? Aku kesini untuk meminta saran apa yang harus aku lakukan di ulang tahun seohyun lusa. Kalian justru terus mengajakku bercanda." Keluh yoona pada 3 eonni nya yang berperan sebagai seobang itu.

"Eeei, kami tidak bercanda yoong. Memang itu bagus untuk kau berikan pada wifey, melakukannya untuk pertama kali di hari ulang tahun. Itu akan berkesan untuknya" jawab kid leader pada dongsaengnya itu sambil sedikit menahan tawa.

"Tapi hyunnie itu masih polos eonni"

"Kalian berdua memang masih sama sama polos. Justru itu, akan membantu untuk kedepannya jika ingin melakukan 'itu' lagi" jawab yuri yang sedang memasang muka yadongnya di depan wajah yoona.

"YA!! Sungguh salah aku datang pada kalian." Yoona bergegas pergi meninggalkan mereka yang kini tertawa terbahak bahak itu.

"Ada apa ribut sekali taetae. Yoona-ya? Kau disini?" Tiffany datang dari kamarnya seolah malaikat penyejuk yoona yang kini mulai berlari kearahnya.

"Fany eonni, besok lusa ulang tahun hyunnie. Apa yang harus aku berikan, kau mungkin lebih mengerti sesuatu yang baik di bandingkan mereka" hardik yoona sambil menunjukan tatapan tajam pada ke taeyulsoohyo itu.

"Aiish, mereka pasti menyarankan sesuatu yang tidak pantas dilakukan kau dan joohyun?" Tanya tiffany sedikit kesal.  "Mari ikut eonni, kita bicara di meja makan"

.

"Jadi apa eonni yang harus ku berikan padanya?" Yoona yang tak sabar pun langsung menodongkan pertanyaan pada eonni nya itu.

"Sebagai seorang yang berlaku sebagai wifey nya dalam hubungan kalian ini. Seohyun akan menyukai sesuatu yang manis."

"Kue?!" Potong yoona Tanpa mendengar kelanjutan tiffany. "Ishh, dengarkan eonni dulu. Bukan begitu ,maksudnya yang romantis. Yang berkesan."

"Yaa! First time itu berkesan ppany.."
"Taetae!!! Kka yo!"
"Animnida!! Aku akan disini mendengarkan kalian." Taeyeon dan tiffany sempat beargumen sedikit dan berakhir dengan kemenangan taeyeon  yang kini melipat tangannya di depan dada.

"Iish, jangan perdulikan dia yoong. Begini, misalkan berikan dia sesuatu seperti bunga, atau apapun itu yang membuatnya terkesan"

"Ya ppany. Itu sudah terlalu biasa. Yoona bahkan bisa saja membelikannya bunga setiap hari setiap saat. Betul tidak yoong?" Cela taeyeon membuat tiffany geram.

"Tapi "do it" bukan hal yang tepat taeyeon ah!"  . "Ani ppany, itu tepat mereka bisa belajar juga. Jarang jarang aku gampang merestui yoona menyentuh anakku segampang ini. Kau dulu mencium hyunnie saja tak akan ku biarkan. Kini aku membiarkan mu melakukan lebih yoona-ya??" Jelas taeyeon yang jelas tak mau kalah dan mulai berlaku sebagai ayah virtual seohyun.

"Berhenti!!!!" Teriak yoona mendatangkan semua penghuni dorm.

"Yoong! Kau pikir ini jam berapa eoh?" Sooyoung serasa ingin tersedak saat meminum cola nya tadi kala mendengar teriakan yoona.

"Maaf eonni, tapi ini sungguh menyebalkan. Aku tak mendapat solusi dari kalian semua. Maksudku sebenarnya aku sudah menyiapkan kado yang sangat istimewa untuk hyunnie. Tapi aku sangatlah bingung bagaimana cara memberikannya. Hanya itu saja."

"Memang apa yang ingin kau berikan im yoona?" Tanya hyoyeon yang matanya sudah setengah terpejam. (?)

"Agency akan mengumumkan putus hubungan antara aku dan seung gi oppa."

"Mwo?!!!"

.

"Sepi sekali rasanya tak ada yoona eonni" seohyun berujar sambil merapatkan selimutnya.

Biasanya malam begini ia selalu tidur dalam dekapan kekasihnya itu. 'Lusa adalah ulang tahunku, apa yang akan yoona eonni berikan? Barang special apakah itu?' Ujar seohyun dalam hatinya.
Ya, dia teringat dengan ucapan yoona di hari valentine itu. "Akan ada yang lebih special di ulang tahun mu nanti .." Kira kira apakah itu?

"Kenapa aku harus memikirkannya, akan jadi tak menyenangkan saat menerima nya bila aku sudah menebak nebak apa itu. Sebaiknya aku tidur." Baru saja seohyun akan terlelap namun suara pintu terbuka mengejutkannya.

Ternyata yoona pulang. "Aku pulang hyunnie." Ucap yoona yang tau bahwa seohyun memang belum tertidur. "Wasseo eonni? Katanya kau tak akan pulang?" Tanya seohyun yang kini sudah berada di posisi duduk di atas ranjang.

"Aniyo, aku memilih pulang , aku tak ingin membuat hyunnie ku sendirian" ucap yoona yang langsung menjatuhkan dirinya di ranjang dan tidur di paha seohyun yang kini tersipu malu.

'Apa itu memang harus benar benar aku lakukan?'

.
Beberapa saat lalu sebelum yoona pulang ke rumahnya

"Kau sedang tidak bercanda kan im yoona??!" Yuri yang terkejut setengah mati kini tengah menunjuk nunjuk yoona. "Ani, agency benar benar sudah memberitahuku akan hal ini sejak awal tahun, namun sengaja akan di umumkan menjelang promosi mini album kita eonnideul" jawab yoona dengan jelas.

"Jadikan pengumuman itu hadiah puncak yoong.." Tiffany kemudian berbicara. "Ku rasa tak ada salahnya melakukan hal 'itu' . Rangkaian kado bisa kau berikan di ulang tahunnya nanti. Tapi hal 'itu' pasti tak kan terlupakan. Kemudian beri tahu uri joohyun tentang putusnya kau dengan seunggi oppa."


.

Yoona POV

Kepalaku sangat sakit jika memikirkan ucapan fany eonni, dan saran dari ke empat manusia konyol itu. Apa aku harus menjalankan rencana mereka, dan rencana sunny eonni. Emm rencana sunny eonni, kurasa itu bagus juga.


.

Mendengar suara dari ruang makan dorm, sunny yang baru pulang langsung mengarah ke sana. "Ada apa ini? Ada yoona segala." Kini ia menarik kursi dan duduk menimbrung member nya yang lain.

"Eonni ya. Lusa ulang tahun uri hyunnie.. Dan aku punya kado special untuknya yaitu pengumuman putusnya aku dengan leeseunggi oleh agency" . "JINJAYOOO!!!"

"Bunny, telingaku sakit.. Jangan berteriak ini sudah larut" sooyoung mengeluh pada kekasihnya itu. "Mianhae.. Yoong kau tidak berbohong kan?"

"Untuk apa aku berbohong eonni.. Lihat lah mereka , mereka justru menyuruhku untuk melakukan .. Emm melakukann ishh apaya? Melakukan anuu lah.." Keluh yoona sambil menggaruk tengkuk nya.

Sunny bangkit dari duduknya. "Wahh siapa pencetusnya?!" Membuat semua orang takut dan seketika menunjuk ke kim taeyeon. "Kau hebat taeyeon-ah!!!" Ucap sunny mengacungkan kedua jempolnya. Yoona pun menganga begitu pula dengan member yang lain.

"Nahh lihat kan? Sekarang semua setuju yoong. Kau mau berbuat apalagi ?? Ikuti saja.. Cara tiffany bagus." Yuri yang kini mulai melanjutkan omongannya.

"Apa cara tiffany?" Tanya sunny yang kemudian di jelaskan lagi oleh tiffany nya sendiri.

"Iyaakkk!! Bagus. Tiffany benar yoong. Lakukan itu. Begini, besok kan kita libur sebelum lusa ada pesta ulang tahun seohyunnie. Ahh, besok kau bawa seohyun ke villa kita dekat danau ituu ,, ahh aku lupa namanya-,- kau minta antarkan lah manager oppa. Nah,, sesampainya disana pastikan itu malam hari.. Kau ajak seohyun menaiki perahu siapkan semua hal romantis besok pagi hingga siang. Lalu, tepat jam 10 kau bawa seohyun kembali ke villa dan mulai lakukan itu.. Ajak dia berbaring. Tatap matanya.. Cium bibirnya perlahan, lalu bawa dia larut dalam permainanmu.. Dan kemu-"

"Yaa sunny eonni,, cukupp cukup. Kau membuatku semakin gila. Aku pulang , akan ku pikirkan rencana dari mu ini.."


.

Author POV

"Eonni kau diam saja?" Seohyun mengejutkan lamunan yoona. "Ahh?? Ah-emm, iya kau bilang apa tadi chaggi?"

"Jadi aku bicara banyak tadi eonni tak mendengarnya? Kau menyebalkan. Apa yang kau pikirkan?" Rutuk seohyun yang memaksa yoona bangun dari posisi tidur di atas pahanya. "Aigoo, mianhae hyunnie, eonni hanya lelah, kau bilang apa tadi memang sayang?" Yoona menangkupkan kedua tangannya di pipi seohyun.

"Ani, aku hanya bercerita tentang hari ini saja. Membicarakan tentang pesta ulang tahunku lusa. Dan eonni.. Apa kau sungguh lelah? Lebih baik kita istirahat.." Seohyun hendak mengajak yoona kembali berbaring namun yoona mencegahnya. "Ani.. Aku ingin mendengar ceritamu, setidaknya menebus yang tadi." Ujar yoona sambil memasang senyum nya.

"Ceritaku tidak penting eonni, kau lebih penting. Lagi pun? Terlalu panjang dan melelahkan jika aku mengulangi ceritaku lagi. Kajja kita tidur, dan bersyukurlah besok kita libur, free jadwal." Balas seohyun yang juga dengan senyumnya dan penuh perhatiannya.

"Aku selalu merasa beruntung memilikimu. Saranghae hyunnie.." Ucap yoona sambil mengelus rambut seohyun yang tengah berusaha terlelap dalam dekapan eonni nya itu. "Emm.. Nado eonni, tidurlah ini sudah larut.."


.

Sinar matahari menyilaukan, membangungkan siapa saja yang terpapar olehnya. Wajah cantik seohyun yang tengah tertidur kelihatan terusik.


Seohyun POV

Emm, silau.. Harusnya aku tak merasakan silau, tubuh yoona eonni. Mataku langsung terbuka karena menyadari bahwa tak ada tubuh yang mendekapku dan melindungi ku dari sinar matahari.
Aku mulai bangun dan keluar kamar mencari yoona eonni. Namun nihil. Aku berlari menuju dapur untuk mencari memo darinya yang biasa di tempel di pintu kulkas dan benar saja.

Author POV

Seohyun mengambil memo itu dan membacanya sambil meneguk air minum yang baru di ambilnya.

'Aku pergi hyunnie, ada sesuatu yang mendesak. Maaf tak membangunkan mu. Nanti sore ku jemput di rumah, berdandanlah yang cantik. Ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan.

With love yoongdeer'

Seohyun tersenyum membaca memo yang di tulis oleh yoona. 'Kemana dia akan mengajakku?' Dada nya bergemuruh memikirkan hal hal yang mungkin di lakukan yoona. Mungkin saja untuk ulang tahunnya. Itu yang di pikirkannya.

"Sebaiknya aku mulai memilih baju agar tak bingung nanti.. Ohh aku harus pakai apa??"

.

Yoona POV

Aku baru saja membeli semua hal yang penting untuk malam ini, aku juga sudah menyiapkan rencana untuk besok, hadiah untuk seohyun yang sebenarnya.

Untung perjalanan tidak terlalu jauh jadi tidak begitu membuang buang waktu.


Author POV

Yoona dan manager nya telah tiba dan mulai mempersiapkan semuanya. Pertama mereka menghias kapal. Dan di teruskan dengan yang lain.

Disela kegiatan nya. Iphone yoona berdering.

Y : "Yoboseo?"
S: "eonni.. Aku harus pakai baju apa? Kita akan datang ke acara formal? Atau informal?"

Yoona tersenyum mendengar pertanyaan seohyun yang menurutnya benar benar cute.

Y : "menengah hyunnie, tidak terlalu formal tapi juga bukan informal. Pakailah sesuatu yang menawan,"
S : "apa kita harus memakai sesuatu yang serasi? Kita mau pergi kemana eonni."
Y : " hahaha andai kau ada di dekat ku sudah pasti aku akan gemas mencubit pipi mu., pakailah dress putih, karena nanti sore aku akan mengenakan baju senada. Haha, tapi jika itu perlu.."
S : "apa akan ada suatu acara?"
Y : "yaap, dan acara yang tak terlupakan, ini akan jadi special hyunnie, jangan menebak nebak. Cukup tunggu nanti sore jam 5 akan ku jemput."
S : "aahh, kita akan makan malam?? Upps aku tak boleh menebak hmmh.. Baiklah aku akan berdandan yang cantik untuk eonni jika ini memang special"
Y : "emm, see you chaggi, aku tutup ne?"
S : "ne eonni anyeong"

Selalu ada tingkah seohyun yang membuat yoona tak bisa berhenti tersenyum. "Ya yoona-ya??! Palli! Kalau kau hanya terus tersenyum disana ini tak akan selesai!!" Manager oppa nya kini tengah mencak mencak karena justru jadi dia yang mengerjakan banyak hal.

"Hahaha.. Mianhae oppa?"
Dan mereka mulai melanjutkan pekerjaan mereka. Setelah seohyun menelpon, yoona merasa semangatnya bertambah berkali kali lipat.

.

Jam menunjukkan pukul 3 sore dan yoona baru saja menyelesaikan semuanya. "Oppa, gomawo ne? Ayo antarkan aku ke dorm. Aku akan siap siap disana"

"Emmm.. Kau manusia yang membuat punggungku rasanya hancur berkeping keping.." Managernya kini tengah mengelus elus punggungnya yang akan copot dari sendinya itu.

"Hehehe.. Peace oppa (v) akan ku beri free makan dengan keluarga mu nanti.." Yoona mencoba untuk bernegosiasi. "Ahh.. Kajja oppa.. Nanti telat.."

Mereka pun langsung meluncur ke dorm snsd. Sekali lagi, karena tak terlalu jauh jadi hanya 30 menit hingga sampai kembali ke kota seoul, namun 10 menit untuk mencapai dorm nya.

Yoona POV

Ohh astaga, aku hanya punya satu jam. Setelah manager oppa telah memarkir dengan sempurna aku langsung turun dan berlari ke lift dan naik ke lantai dimana dorm snsd berada.

"Eonnideul!!!" Teriakku begitu masuk dorm yang kini terlihat ramai dengan eonni ku yang lengkap.

Author POV

"Yoona, kau hobby berteriak ya? Makin mirip dengan sica eomma mu.." Kata yuri yang terganggu oleh teriakan yoona.

"Ne.. Ne.. Apapun itu, eonnideul bantu aku berdandan palli!! Ini sudah jam 4. Baju ku sudah aku siapkan , bantu aku berdandan"

Tiffany dan sunny yang paling sergap pun langsung bangun dan berjalan ke arah yoona. "Ya yoong?? Nanti kau akan copot copot dan akan berantakan di ranjang, buat apa berdandan eoh?" . "KIM TAEYEON!!!" Ucapak taeyeon tadi di balas teriakan fany dan sunny. "Hahaha.. Kau ada ada saja taeyeon, kau membangungkan singa kalau begitu namanya.." Ejek sooyoung. Dan yang lainnya pun hanya bisa tertawa sementara taeyeon menunduk karena ketakutan.

Tiffany dan sunny langsung membawa yoona kekamar dan menyuruhnya untuk mandi dan berganti pakaian. "Akan ku kerahkan kemampuan make up kilatku." Ujar sunny semangat dan mulai melancarkan aksinya.

"Emm, kalau begitu aku yang akan menata rambutnya" balas tiffany.
20 menit berlalu dan mereka pun menyelesaikan misi ini. "Selesai yoong" . "Wahh yeoppo, gomapta eonni, aku pergi ne? Bye eonni" yoona langsung berlari dan menuju basement mengambil audy putihnya untuk di kendarai dan menjemput seohyun.

Seohyun POV

Sudah jam 5 kurang semoga yoona eonni tak terlambat. Sambil menunggunya aku terus memperhatikan diriku di cermin. Apa aku cantik? Hmmh, aku takut salah kostum. Ini terlalu royal kah atau terlalu casual? Aku takut yoona eonni tak suka.. Huuuh, sebenarnya akan kemana kita nanti. Sungguh tak sabar.

'Ktalk'

Smarphone ku baru saja berbunyi. Mungkin pesan dari yoona eonni.
'Hyunnie, aku sudah di depan, keluarlah kita berangkat'

Membaca pesan dari nya ini membuat ku langsung mengambil tas dan memakai heels ku. Dan bercermin sekali lagi. "Semoga aku menawan di depan yoona eonni"

Author POV

Yoona sudah menunggu di samping mobilnya. Dengan style yang lumayan ala 2Ny, dan baju pilihannya kaos putih pucat dan celana putih ketat panjang. Serta coat hitam. Boyish yah itulah karakternya malam ini. Ditambah dandanan simple ala sunny dan tatanan rambut tiffany yang membuat yoona kelihatan menawan.

Yoona menunggu sambil sesekali berkaca di spion audy nya. "Aiishh, hyunnie mana sih.." Setengah kesal yoona berjalan menuju rumahnya dan kekasihnya itu untuk menjemput seohyun. Walau kenyataannya dia memang sudah menjemput.

Yoona membuka pintu rumahnya dan ternyata bersamaan dengan seohyun. "Eohh? Eonni.."
Yoona eonni nya itu kini tengah terpaku melihat penampilan seohyun. "Kau?? Memanggil styler ya hyunnie? Neomu yepuda" dengan ekspresi yang tak bisa di bohongi yoona begitu terkagum.

Sesuai permintaan yoona, seohyun mengambil kemeja putih yang bahannya tidak terlalu tebal, dan rok hitam putih dengan make up natural feminime, serta tatanan rambut yang ia jepit ke belakang sedikit menambah kecantikannya.

"Sungguh? Ahh syukurlah, ku kira eonni tak akan suka.. Dan aku berdandan sendiri tentu saja. Aku senang eonni suka" senyum seohyun merekah meski muka nya sedikit merah karena malu oleh pujian yoona.

"Sesungguhnya kamu selalu membuat aku suka setiap saat kok hyunnie, kajja??" Yoona menawarkan lengannya dan langsung di gandeng seohyun.


.


Yoona menutup mata seohyun selama di perjalanan agar ia tidak tau kemana tujuan mereka sebenarnya. "Eonni, sampai berapa lama mataku akan di tutup, aku tak bisa melihat apapun." Keluh seohyun sambil menengok kearah dimana ia yakin disitulah yoona.

"Tak bisa melihat dengan mata, lihat dengan hati hyunnie sayang, ini kan agar semakin jadi kejutan"jawab yoona tanpa mengalihkan pandangan nya dari jalanan depan.



.

Kini mereka sudah sampai di villa itu. "Nah hyunnie, kita sudah sampai" kata yoona turun dari mobil dan kemudian membantu seohyun. "Jinjja? Kita dimana?" Tanya seohyun.


Seohyun POV

Saat turun dari mobil, serasa ada kesejukan yang menerpa sebagian wajahku. "Eonni? Kita dimana? Sudah boleh kubuka?" Tanya ku hati hati pada yoona eonni. "Eiittss, nanti dulu, bila tiba saatnya aku yang akan membukakannya hyunnie"

Dia menuntunku pelan pelan, huuhh menyebalkan sekali harus jalan dengan mata tertutup begini. "Hati hati hyunnie. Banyak sekali anak tangga alami disini hahaha, kau bisa tersandung. Jalan pelan pelan dan gunakan instingmu" katanya yang masih merangkulku.